PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN
KOMPOS TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) TERHADAP
PERTUMBUHAN KECAMBAH
KELAPA SAWIT (Elais guineensis Jacq.) (DxP) DI PRE NURSERY
LAPORAN
Oleh :
VICTOR HEVIT TARIGAN / 100301160
AGROEKOTEKNOLOGI
XII
LABORATORIUM BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT DAN KARET
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN
KOMPOS TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) TERHADAP
PERTUMBUHAN KECAMBAH
KELAPA SAWIT (Elais guineensis Jacq.) (DxP) DI PRE NURSERY
LAPORAN
Oleh :
VICTOR HEVIT TARIGAN / 100301160
AGROEKOTEKNOLOGI
XII
Laporan Sebagai Salah Satu
Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal
Tes di Laboratorium
Budidaya Tanaman Kelapa
Sawit dan Karet Program Studi
Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
LABORATORIUM BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT DAN KARET
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
Judul :
Pengaruh Media Tanam Dan Pemberian Kompos
TKKS
(Tandan
Kosong Kelapa Sawit) Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.)
Di Pre Nursery
Nama :
Victor Hevit Tarigan
NIM : 100301160
Prodi : Agroekoteknologi
Diketahui Oleh:
Dosen Penanggung Jawab Dosen
Pembimbing Praktikum
(Ir. Jonatan Ginting, MS) (Ir. Balonggu Siagian, MS)
NIP. 195902011986011001 NIP. 194901021979031002
Disetujui Oleh :
Asisten Koordinator
(Afriadi Simanjuntak)
NIM : 080301052
|
Diperiksa Oleh :
Asisten Korektor
(Ebet
Sinulingga)
NIM : 080301063
|
|
ABSTRACT
The purpose
of this experiment is to determine the effect and influence of media Planting
Compost Giving TKKS (Oil Palm Empty Fruit Bunch) on Growth of Oil Palm Seedling
(DxP) in Pre Nursery. This experiment was
carried out in laboratory experiments land Agronomy Faculty of Agriculture Food
Crop Plantation, North Sumatra University in Medan at an altitude ± 25 m asl
from April to May 20102using a randomized block design (RBD) with two factors
and three replications. The first factor is the Media Top Soil + Sand (2:1) and
subsoil Cow Manure (3:1), and the second factor is the Compost TKKS 10 gr, 20
gr and 30 gr. Results showed that the Media and Grants Planting Compost TKKS
significantly affect the growth of Palm Sprout (DxP) in Pre Nursery.
Keywords: Land, TKKS, Germination
ABSTRAK
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pengaruh
Media Tanam dan Pemberian Kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit
(DxP) di Pre Nursery. Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan
Laboratorium Agronomi Tanaman Pangan Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan pada ketinggian
± 25 m dpl dari bulan April
sampai bulan Mei 2012 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2
faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor I adalah Media Top Soil + Pasir (2:1)
dan Subsoil Pupuk Kandang Sapi (3:1),
dan faktor kedua adalah Kompos TKKS 10 gr, 20 gr, dan 30 gr. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa Media Tanam dan Pemberian Kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
Kecambah Kelapa Sawit (DxP) di Pre Nursery.
Kata Kunci :
Media, TKKS, Perkecambahan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Adapun judul dari laporan ini
adalah “Pengaruh Media Tanam dan
Pemberian Kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) Terhadap Pertumbuhan
Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis
guinensis Jacq) (DxP) di Pre Nursery” sebagai
salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Budidaya
Tanaman Kelapa Sawit dan Karet Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Balonggu Siagian, MS.,
Ir. Jonatan Ginting, MS., Prof. Ir. E. Purba, PhD., Dr.Ir. Chairani Hanum, MP.,
Ir. Toga Simanungkalit, MS., Ir. Jonis Ginting, MS., Ir. Charloq ,MP., selaku dosen mata
kuliah serta abang dan kakak asisten yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di
masa mendatang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan,
Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT........................................................................................................ i
ABSTRAK.......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR
LAMPIRAN.................................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar
Belakang........................................................................................ 1
Tujuan
Percobaan.................................................................................... 3
Hipotesis
Percobaan................................................................................ 3
Kegunaan
Penulisan................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Tanaman....................................................................................... 4
Syarat
Tumbuh........................................................................................ 6
Iklim.............................................................................................. 6
Tanah............................................................................................. 7
Media
Tanam........................................................................................... 9
Kompos
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).................................... 11
BAHAN DAN METODE
Tempat
dan Waktu Percobaan................................................................. 13
Bahan
dan Alat........................................................................................ 13
Metode
Percobaan................................................................................... 13
Pelaksanaan
Percobaan............................................................................ 15
Persiapan
Media Tanam................................................................ 15
Aplikasi
Kompos TKKS............................................................... 15
Penanaman.................................................................................... 15
Pemeliharaan
Tanaman.................................................................. 15
Penyiraman.................................................................................... 15
Pengamatan
Parameter.................................................................. 15
Tinggi
Tunas (cm)............................................................ 15
Jumlah
Daun (Helai)........................................................ 15
Diameter
Batang (mm).................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil......................................................................................................... 17
Pembahasan............................................................................................. 19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.............................................................................................. 22
Saran........................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Hal
1.
Tinggi Tunas Kelapa Sawit 8 MST (cm)........................................... 18
2.
Jumlah helai Daun Kelapa Sawit (helai)............................................ 19
3.
Diameter Batang Kelapa Sawit 8 MST (mm)................................... 20
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1.
Foto Tanaman Kelapa Sawit Perlakuan (M2T1).................................
14
2.
Foto Tanaman Kelapa Sawit Perlakuan (M2T1) Beserta Praktikan.... 15
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1.
Bagan Percobaan............................................................................... 27
2.
Literatur............................................................................................. 28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman
komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek
pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah
maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas
terbesar bagi negara setelah karet dan kopi. Kelapa sawit adalah tanaman
penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan
memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman
lain. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah bahkan
tanpa kolesterol (Sastrosayono, 2007).
Luas areal perkebunan kelapa di
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup berarti. Tahun
2002 luasnya 4.116.646 ha,meningkat menjadi 5.239.171 pada tahun 2003
(pertumbuhan 27,26%). Tahun 2004 luasnya 5,601.770 ha (pertumbuhan 6,9%) dan
sampai bulan Oktober 2007 luas lahan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai
6,3 juta ha, bertambah dari 6,07 juta ha pada tahun 2006. Riau menduduki posisi
pertama dengan luas lahan 1,409 jutab ha, disusul Sumatera Utara dengan luas
1,044 juta ha dan Sumatera Selatan dengan luas lahan 606.600 ha (Pardamean,
2008).
Melihat
pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring
dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu
dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit
secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya
adalah bahan perbanyakan tanaman berupa bibit, untuk itu perlu tindakan kultur
teknis atau perawatan bibit yang baik antara lain dengan jalan pemupukan pada
waktu di pembibitan awal dan di pembibitan utama (Khaswarina, 2001).
Tujuan utama dari pembibitan adalah untuk mempersiapkan
bibit yang baik dengan kriteria sehat,
kuat dan kokoh. Hal ini merupakan salah satu factor penentu dari keberhasilan
penanaman di lapangan dan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil dikemudian
hari. Sebagai mana dijelaskan oleh Setyamidjaja (1996) bahwa tujuan dari
pembibitan adalah untuk mendapatkan bibit yang tumuh seragam dan bebas dari
bibit yang abnormal sehingga diperoleh bibit yang baik (Hartawan, 2006).
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang
sangat penting. Dewasa ini tanaman kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar
(hutan), setengah liar dan sebagai tanaman budi daya yang tersebar di berbagai
negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan
Afrika. Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali di Indonesia oleh bangsa
Belanda dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang dan dari
Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut di tanam di Kebun Raya Bogor untuk
dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848 (Setyamidjaja, 2006).
Tanah yang subur sebagai media tanam
yaitu tanah yang mempunyai profil yang dalam melebihi 150 cm, strukturnya
gembur remah, pH sekitar 6-6,5 mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi,
kandungan unsure haranya yang tersedia
bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatasan tanah untuk pertumbuhan
tanaman (Soemantri, 2010).
Kompos tandan kelapa sawit telah diuji dan
berpengaruh baik pada pembibitan kelapa sawit. Pemberian kompos TKKS 50% dan tanah
50% mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah pelepah pembibitan kelapa
sawit sebesar 16,81 cm dan 3,17 pelepah. Aplikasi bahan organic seperti kompos
tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah 100kg/pohon yang diaplikasikan 2 tahap
dalam setahun (Firmansyah, 2010).
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
pengaruh media tanam dan pemberian kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)
terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis
guinensis Jacq) (DxP) di pre
nursery.
Hipotesis Percobaan
Ada pengaruh media tanam dan pemberian kompos TKKS
(Tandan Kosang Kelapa Sawit) terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) (DxP) di pre nursery serta adanya interaksi
keduanya terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) (DxP) di pre nursery.
Kegunaan Penulisan
-
Sebagai salah satu
syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Budidaya Tanaman
Kelapa Sawit dan Karet Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
-
Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Botani
Tanaman
Adapun klasifikasi tanaman kelapa sawit (Elais guinensis Jacq) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Palmaceae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq
(Soemantri, 2010).
Sebagai
tanaman jenis palma, kelapa sawit tidak memiliki akar tunggang dan akar cabang.
Akar yang keluar dari pangkal batang sangat besar jumlahnya dan terus bertambah
banyak dengan bertambahnya umur tanaman. System perakaran kelapa sawit dapat
diuraikan sebagai berikut: (a). Akar Primer, yaitu akar yang keluar dari bagian
bawah batang , tumbuh secara vertical atau mendatar dan berdiameter 5-10 mm,
(b). Akar Sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, yang arah
tumbuhnya mendatar ataupun ke bawah dan berdiameter 1-4 mm, (c). Akar Tertier,
yaitu akar yang tumbuhnya mendatar, panjangnya mencapai 15 cm dan berdiameter
0,5-1,5 mm, (d). Akar Kuarter, yaitu akar-akar cabang dari akar tertier yang
berdiameter 0,2-0-5 mm dan panjangnya rata-rata 3 cm (Setyamidjaja, 2006).
Pada tahun-tahun pertama, sejak kecambah tumbuh menjadi
tanaman kelapa sawit tidak tampak adanya pertumbuhan memanjang. Awalnya
terbentuk poros batang dan sekitar poros tersebut terbentuk daun-daun yang
ukurannya semakin bertambah besar. Setelah tanaman berumur 4 tahun, batang
mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang. Ketebalan batang tergantung pada
kekuatan pertumbuhan daun-daunnya. Tanaman yang tumbuh kurus memanjang
menandakan bahwa faktor-faktor tumbuhnya tidak sempurna. Tanaman yang masih
muda dan pertumbuhan batangnya cepat tinggi (dilihat dari lingkar bekas daun
yang cepat menanjak) akan memberikan hasil produksi dibawah normal
(Sastrosayono, 2007).
Daun terdiri dari tangkai daun (petiole) yang kedua
sisinya terdapat dua baris . tangkai daun bersambungan langsung dengan tulang
daun utama (rachis) yang lebih panjang dari tangkai daun. Pada kiri dan kanan
tulang daun terdapat anak daun (pinnae). Tiap anak daun terdapat tulang daun
(lidi) yang menghubungkan anak daun dengan tulang daun utama. Pada tanaman
kelapa sawit pembentukan daun kelapa sawit membutuhkan waktu 4 tahun dari awal
pembentukan daun hingga daun menjadi layu secara alami. Pada saat kuncup daun
telah mekar, daun kelapa sawit sudah berumur 2 tahun dari awal pembentukannya.
Kelapa sawit dapat menghasilkan 1-3 daun setiap bulannya (Lumbangaol, 2010).
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai
dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan
berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa
sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross
pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga
jantan dari pohon yang lainnya dengan perantara angin dan serangga penyerbuk
(Sunarko, 2007).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit
setiap tahun tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit,
pertumbuhan daunnya semakin sedikit sehingga buah yang terbentuk semakin
menurun. Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. Hal
ini disebabkan semaki tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit semakin besar.
Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah
kelapa sawit bervariasi dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2007).
Syarat Tumbuh
Iklim
Komponen iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
kelapa sawit adalah suhu udara, curah hujan dan kelembaban udara. Lokasi
penelitian yang terletak di sekitar khatulistiwa yaitu 0°12’-0°20’ Lintang
Utara dan 101°14’-101°24’ Bujur
Timur serta ketinggian dari muka laut antara 7-50 m, mempengaruhi jumlah dan
pola komponen iklim tersebut. Hasil pengamatan komponen iklim tersebut selama
10 tahun terakhir (1998-2007) disajikan pada Tabel 2. Rata-rata jumlah curah
hujan tahunan sebesar 2.339 mm/tahun, rata-rata suhu udara tahunan sebesar
26,4°C dan kelembaban udara rata-rata 81,2% (Wigena dkk, 2008).
Daerah
pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman
kelapa sawit yang ideal berkisar antara
0-500 m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500
mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C.
Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang
ideal sekitar 80-90 %. Bila semua syarat tersebut telah terpenuhi maka lokasi tersebut sudah bisa
digunakan sebagai area pembibitan sekaligus budidaya kelapa sawit (Soemantri,
2010).
Tanaman
kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk
dapat melakukan fotosintesis kecuali pada kondisi juvenile di pre nursery.
Dengan semakin menjauhnya suatu daerah dari khatulistiwa misalnya pada daerah
100 LU intensitas cahaya akan turun berkisar 1218-1500 J/cm2/hari.
Intensitas 1218 terjadi pada bulan Desember sedangkan 1500 terjadi pada periode
Maret-September (Pahan, 2011).
Kelapa
sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah disekitar lintang
Utara-Selatan 120. Jumlah curah hujan yang baik adalah sekitar 200-2500 mm/tahun, tidak mempunyai
defisit hujan relative lama sepanjang tahun. Temperature yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah
24-280C temperature teredah
180C dan tertinggi 320C. kelembaban 80% dan lama
penyinaran matahari 5-7 jam/hari. Angin dengan kecepatan rata-rata 5-6 km/jam
(Soehardjo dkk, 1996).
Tanah
Tanah-tanah
yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan banyak terdapat di daerah
tropis diuraikan sebagai berikut: Latosol, tanah latosol di daerah tropis bisa
berwarna merah, coklat dan kuning. Tanah latosol terbentuk di daerah yang
iklimnya juga cocok untuk tanaman kelapa sawit. Tanah latosol mudah tercuci dan
melapisi sebagian besar tanah di daerah tropkal basah. Tanah Aluvial sangat
penting untuk tanaman kelapa sawit, meskipu kesuburannya disetiap tempat
berbeda-beda. Aluvial ditepi pantai dan sungai umum ditanami kelapa sawit (Sastrosayono, 2007).
Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus banyak
mengandung lempung, beraerasi baik dan subur. Tanah harus berdrainase baik,
permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam dan tidak berbatu. Tanah
latosol, ultisol, dan aluvial yang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan
muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. Tanah memiliki derajat
kemasaman (pH) antara 4-6. Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan kelapa
sawit antara 1-400 meter diatas permukaan laut. Topografi datar, berombak
dan hingga bergelombang masih dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit dan
lereng antara 0-25% (Lumbangaol, 2010).
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti
podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol ,organosol dan alluvial. Solum yang dalam lebih dari 80
cm, tekstur lempung, dan lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40%
dan 20-50% liat. Struktur perkembangannya kuat, konsistensinya gembur sampai
agak teguh dan permeabilitas sedang (Soehardjo
dkk, 1996).
Sebagian besar lahan-lahan yang digunakn sebagai
perkebunan kelapa sawit termasuk jenis-jenis tanah latosol (orisol), alluvial
dan laterit (ultisol) sedangkan Purba dan Lubis mencatat tujuh jenis tanah yang
dapat dipakai untuk usaha tani kelapa sawit yaitu tanah organosol, regosol,
Andosol, Aluvial, Latosol, Podsolik merah kuning dan Podsolik Cokelat (Mangoensoekarjo
dan Semangun, 2008).
Media
Tanam
Ada beberapa yang menjadi penentu kualitas bibit kelapa
sawit yang akan di tanam, salah satu yang terpenting adalah media tanam yang
digunakan. Pada umumnya digunakan lapisan tanah atas (top soil) yamg subur.
Namun pada daerah tertentu top soil sulit didapatkan hal ini disebabkan oleh
penggunaannya yang makin terkikis akibat erosi. Tingkat kesuburan sub soil yang
tidak stabil dapat diperbaiki dengan menambahkan bahan bahan pembenah tanah
(amelioran) sehingga tanah sub soil benar-benar dapat menggantikan peran top
soil sebagai media tanam pembibitan
kelapa sawit (Soemantri, 2010).
Media tanam untuk pembibitan yang terpenting bahwa media tanam tersebut
memiliki sifat porous dan memiliki kesuburan tinggi. Tanah yang digunakan untuk
mengisi polibag adalah tanah dengan bebas dari akar-akaan, batu-batuan dan
benda lain. Tanah yang dianjurkan adalah mengandung cukup bahan organic
berpasir 20-30% dan berliat (Pramana, 2010).
Lapisan atas tanah atau topsoil cukup banyak mengandung
bahan organic dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organic.
Sedangkan tanah sub soil mengalami cukup
pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organic. Produktivitasnya sedikit
karena ditentukan oleh keadaan sub soil tersebut (Soemantri, 2010).
Tanah yang mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan
subur, berdrainase baik, pemukaan air tanah cukup dalam, solum 80 cm pH tanah
4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah latosol, ultisol,alluvial tanah gambut
saprik. Tanah lapisan tanah sudah diayak, dan tanah dalam polibag harus lembab (Wahyudi, 2010).
Pupuk kandang memang dapat menambah tersedianya bahan
makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserapnya dari dalam tanah.
Selain itu, pupuk kandang ternyata mempunyai pengaruh yang positif (baik)
terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah, mendorong kehidupan (perkembangan)
jasad renik. Dengan perkataan lain pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah
berbagai faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin
kesuburan tanah (Sutedjo, 2002).
Horizon A dan Horizon B disebut dengan istilah solum yang
merupakan tanah horizon A disebut juga dengan istilah Top Soil atau tanah atas
sedangkan horizon B disebut dengan Sub Soil atau tanah bawah. Sub Soil
merupakan penimbunan (illuviasi) dari bahan-bahan yang tercuci diatasnya
seperti bahan organik liat besi dan aluminium. Dengan berlangsungnya
pembentukan tanah maka tanah horizon B mengalami perkembangan dan
berdiferensiasi menjadi horizon-horizon B1, yakni peralihan dari
horizon A ke horizon B
(Wahyudi, 2010).
Partikel-partikel pasir yang ukurannya jauh lebih besar dan
memiliki permukaan yang kecil dibandingkan debu dan liat. Oleh karena itu
peranannya di dalam mengatur sifat-sifat kimia tanah adalah kecil maka fungsi
utamanya adalah untuk perbaikan sifat-sifat tanah. Bila jumlah pasir tidak
terlalu banyak dalam tanah, pengaruhnya akan baik karena cukup longgar air akan
mudah meresap dan jumlahnya cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan
tanah mudah diolah (Sutedjo, 2002).
Kompos
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan
bahan organic yang mengandung 42,8% C, 2,90% K2O, 0,80% N,
0,22% P2O5, 0,30% MgO dan unsur-unsur mikro antara lain
10 ppm B, 23 ppm Cu, 51 ppm Zn. Namun menurut Darmoskoro dan Winarna (2001)
tandan kosong kelapa sawit mempunyai kadar C/N yang tinggi yaitu 45-55. Hal ini
dapat menurunkan ketersediaan N karena N termobilisasi dalam proses perombakan
bahan organic dalam tanah. Hasil penelitian Hidayat, dkk (2007) menyimpan tanah
top soil yang ditambahkan kompos TKKS dengan perbandingan 8:2 dapat menggantikan
bahkan lebih baik dari fungsi top soil sebagai media tanam pembibitan utama
kelapa sawit (Soemantri, 2010).
Aplikasi kompos TKKS diperkaya mikroba pada pembibitan
dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit. Aplikasi kompos TKKS pada TM
mengurangi penggunaan pupuk kimia 50% dan produksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian puuk kimia standar 100%. Tanaman sawit yang
diaplikasikan dengan kompos terlihat lebih tahan terhadap kekurangan air
kekurangan pupuk organic yaitu kandungan hara lambat tersedia diperlukan dalam
jumlah relative besar dibandingkan pupuk kimia serta butuh biaya angkut dan
aplikasi yang besar (Taniwiryono dan
Isroi, 2008).
Kompos TKS meningkatkan kandungan unsure hara N,P,K
bahkan kandungan hara tersebut lebih besar dari rekombinasi pemupukan kimia
kompos. Kompos tandan kelapa sawit telah diuji dan berpengaruh baik pada
pembibitan kelapa sawit. Pemberian kompos TKS 50% dan tanah 50% mampu
meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah pelepah pembibitan kelapa sawit 16,81 cm
dan 3,17 pelepah (Firmansyah, 2010).
Tandan kosong kelapa sawit/janjang kosong merupakan
produk pabrik sawit (PKS) setelah TBS dip roses dari sterilizer dan stripper.
Kompos tandan kosong/janjang kosong kaya kandungan materi organic dan nutrisi
bagi tanaman. Aplikasi JJK dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga
kandungan fisik, biologi dan kimia pada tanah meningkatkan peremajaan tanah
yang penting untuk jangka waktu yang lama dalam rangka mempertahankan produksi
TBS agar tetapa tinggi (Pahan, 2011).
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) banyak digunakan
sebagai bahan baku pembuatan pupuk organic karena diperoleh dalam jumlah besar
dan murah. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) tidak dapat langsung terurai
menjadi kompos. Agar dapat diubah menjadi unsur yang lebih sederhana TKKS harus
didegradasi terlebih dahulu proses degradasi secara alamiah memakan waktu yang
sangat lama, untuk itu dipakai jamur merang untuk mendegradasi kandungan lignin
dan selulosa (Ningtyas dkk, 2009).
BAHAN DAN METODE
Waktu
dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilakukan setiap hari Senin dari bulan
April sampai Mei 2012 di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan, Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut.
Bahan
dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
benih kelapa sawit sebagai objek percobaan, kompos TKKS (tandan kosong kelapa
sawit) sebagai bahan campuran media tanam, sub soil sebagai media tanam,
subsoil sebagai campuran media tanam, polibag digunakan sebagai wadah media
tanam dan label sebagai penanda polibag.
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
cangkul untuk mencampur media tanam, gembor untuk menyiram benih, timbangan
untuk menimbang kompos, buku data dan alat tulis untuk menulis data.
Metode
Percobaan
Percobaan ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok
(RAK) factorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu:
Faktor I :
Media tanam (M) dengan 2 taraf
M1 : Top soil +
pasir (2:1)
M2 : Sub soil
+ Pupuk kandang sapi (3:1)
Faktor II :
Kompos TKKS dengan 3 taraf
T0 : 10 gr
T1 : 20 gr
T3 : 30 gr
Sehingga didapat 6
kombinasi perlakuan yaitu
M1TO MIT2 M2T1
M1TI M2T0 M2T2
Jumlah ulangan : 3
Jumlah plot per ulangan
:
6
Jumlah bibit perpolibag : 1
Jumlah bibit perplot : 2
Jumlah kecambah
seluruhnya : 36 bibit
Bagan
Percobaan
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan
Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah sesuai dengan
masing-masing perlakuan yaitu campuran top soil dan pasir dengan perbandingan
2:1 (M1) dan campuran sub soil dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 3:1
(M2).
Aplikasi
Kompos TKKS
Masing-masing perlakuan media tanam dicampur dengan
kompos TKKS sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu 10 gram (T0), 20 gram
(T1) dan 30 gram (T2) kemudian
dimasukkan ke dalam polibag.
Penanaman
Penanaman dilakukan dalam polibag, bibit kelpa sawit
ditanam sedalam 1 cm dalam polibag sebanyak 2 benih per polibag.
Pemeliharaan
Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari sampai kondisi kapasitas
lapang dan selanjutnya dikurangi bila keadaan tanah masih basah dan lembab.
Pengamatan
Parameter
·
Tinggi Tunas (cm)
Tinggi tanaman yang berkecambah sudah berumur 3 bulan
dihitung mulai dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi dari tanaman dengan
interval 1 minggu.
·
Jumlah Daun (Helai)
Jumlah
daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Perhitungan jumlah
daun dilakukan dengan interval 1 minggu.
·
Diameter Batang (mm)
Diameter batang dihitung dengan
menggunakan jangka sorong setiap 1 minggu sekali diukur dari 2 sisi batang
diukur dari pangkal tanaman tersebut atau ± 1 cm diatas permukaan tanah.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel
Tinggi Tunas Kelapa Sawit 8 MST (cm)
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
M1A0
|
16,00
|
16,00
|
16,30
|
48,30
|
16,10
|
M1A1
|
18,60
|
17,00
|
17,99
|
53,59
|
17,86
|
M1A2
|
19,00
|
20,00
|
19,99
|
58,99
|
19,66
|
M2A0
|
15,00
|
16,00
|
16,00
|
47,00
|
15,67
|
M2A1
|
17,00
|
17,99
|
17,00
|
51,99
|
17,33
|
M2A2
|
18,50
|
18,00
|
18,00
|
54,50
|
18,17
|
Total
|
104,10
|
104,99
|
105,28
|
314,37
|
104,79
|
Rataan
|
17,35
|
17,50
|
17,55
|
52,40
|
17,47
|
Tabel Data
Jumlah Daun Kelapa Sawit 8 MST (helai)
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
M1A0
|
2,50
|
2,50
|
2,80
|
7,80
|
2,60
|
M1A1
|
3,00
|
3,00
|
3,00
|
9,00
|
3,00
|
M1A2
|
3,00
|
3,00
|
3,00
|
9,00
|
3,00
|
M2A0
|
2,50
|
2,50
|
2,50
|
7,50
|
2,50
|
M2A1
|
2,50
|
2,50
|
2,50
|
7,50
|
2,50
|
M2A2
|
2,50
|
3,00
|
2,50
|
8,00
|
2,67
|
Total
|
16,00
|
16,50
|
16,30
|
48,80
|
16,27
|
Rataan
|
2,67
|
2,75
|
2,72
|
8,13
|
2,71
|
Tabel Data
Diameter Batang Kelapa Sawit 8 MST (mm)
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
M1A0
|
0,59
|
0,81
|
1,21
|
2,61
|
0,87
|
M1A1
|
0,98
|
1,58
|
1,24
|
3,80
|
1,27
|
M1A2
|
0,50
|
1,30
|
1,30
|
3,10
|
1,03
|
M2A0
|
0,65
|
0,89
|
1,25
|
2,79
|
0,93
|
M2A1
|
0,70
|
1,15
|
1,27
|
3,12
|
1,04
|
M2A2
|
0,85
|
1,45
|
1,41
|
3,71
|
1,24
|
Total
|
4,27
|
7,18
|
7,68
|
16,12
|
6,37
|
Rataan
|
0,71
|
1,20
|
1,28
|
3,19
|
1,06
|
Pembahasan
Dari
hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas kelapa sawit 8 MST tertinggi
adalah pada perlakuan MIA2 yaitu top soil + pasir dengan pemberian 30 gr kompos
TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) yaitu sebesar 19,66 cm. Hal ini dikarenakan
dibandingkan dengan perlakuan lain pada perlakuan M1A2 diaplikasikan paling
banyak kompos TKKS sehingga kandungan hara N,P,K yang sangat penting terutama
dalam meningkatkan tinggi tanaman cukup tersedia dan dapat diserap tanaman
kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan literatur Firmansyah (2010) yang menyatakan bahwa
kompos TKS meningkatkan kandungan unsur hara N,P,K bahkan kandungan hara
tersebut lebih besar dari rekombinasi pemupukan kimia kompos. Pemberian kompos
TKS 50% dan tanah 50% mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah pelepah
pembibitan kelapa sawit.
Berdasarkan data pengamatan tinggi
tunas kelapa sawit 8 MST diketahui bahwa data terendah terdapat pada perlakuan
M2A0 dengan sub soil, pupuk kandang sapi dan pemberian 10 gr kompos TKKS. Hal
ini disebabkan karena jumlah kompos yang diaplikasikan sangat rendah selain itu
penggunaan sub soil sebagai media tanam juga kurang mendukung pertumbuhan
kecambah kelapa sawit sangat berbeda dengan penggunaan top soil yang subur
sedangkan sub soil karena merupakan penimbunan dari bahan-bahan yang tercuci
diatasnya seperti bahan organik, liat besi dan aluminium yang kurang subur. Hal
ini sesuai dengan literatur Wahyudi (2010) yang menyatakan bahwa Sub Soil
merupakan penimbunan (illuviasi) dari bahan-bahan yang tercuci diatasnya
seperti bahan organik liat besi dan aluminium sehingga tingkat kesuburannya
rendah.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa
jumlah daun tertinggi pada 8 MST di dapat pada perlakuan M1A1 (media tanam top
soil + pasir (2:1), dicampurkan dengan 20 gr kompos TKKS) dan M1A2 (media tanam
top soil + pasir (2:1), dicampurkan dengan 30 gr kompos TKKS) dengan jumlah
daun masing-masing 3 helai. Pada perlakuan ini keduanya menggunakan top soil
dan pasir sebagai media tanam dengan aplikasi kompos TKKS 20 gr dan 30 gr. Pengaplikasian
kompos TKKS tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun kelapa sawit. Peranan top soil pada perlakuan ini sangat
besar karena top soil cukup banyak mengandung bahan organik yang dibutuhkan
tanaman dalam melaksanakan proses pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan
literatur Soemantri (2010) yang menyatakan bahwa Lapisan atas tanah atau
topsoil cukup banyak mengandung bahan organic dan biasanya berwarna gelap
karena penimbunan bahan organic. Sedangkan tanah sub soil mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit
bahan organik.
Data pengamatan jumlah daun kelapa
sawit 8 MST terendah di dapatkan dari perlakuan M2A0 (sub soil + pupuk kandang
sapi (3:1) dicampur dengan 10 gr kompos TKKS) dan M2A1 (sub soil + pupuk
kandang sapi (3:1) dicampur dengan 20 gr kompos TKKS) yang sama-sama
menggunakan subsoil sebagai media tanam. Penggunaan media tanam berupa top soil
sebenarnya masih kurang baik jika dibandingkan dengan penggunaan media tanam
berupa topsoil yang mengandung lebih banyak bahan organik sehingga jumlah daun
yang dihasilkan akan lebih banyak dan pertumbuhan benih kelapa sawit menjadi
lebih subur. Hal ini sesuai dengan literatur Soemantri (2010) yang menyatakan
bahwa Lapisan atas tanah atau topsoil cukup banyak mengandung bahan organic dan
biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organik. Sedangkan tanah sub
soil mengalami cukup pelapukan,
mengandung lebih sedikit bahan organik.
Dari hasil pengamatan diketahui
bahwa data diameter batang
kelapa sawit 8 MST tertinggi adalah pada perlakuan M1A1 yaitu dengan media
tanam top soil, pasir dan aplikasi 20 gr kompos TKKS. Kompos tandan kosong
kelapa sawit yang diberikan mampu meningkatkan bahan organik serta memberi
nutrisi yang cukup bagi bibit kelapa sawit yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan
bibit kelapa sawit misalnya kearah peambahan diameter batang kelapa sawit. Hal
ini sesuai dengan literatur Pahan (2011) yang menyatakan bahwa Kompos tandan
kosong/janjang kosong kaya kandungan materi organic dan nutrisi bagi tanaman.
Aplikasi JJK dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik,
biologi dan kimia pada tanah meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk
jangka waktu yang lama.
Data
pengamatan diameter batang kelapa sawit 8 MST terendah diperoleh dari perlakuan
M1A0 (top soil + pasir (2:1) dicampur dengan 10 gr kompos TKKS) karena pada
perlakuan ini pengaplikasian kompos TKKS terendah yaitu hanya sebesar 10 gr
sehingga unsur hara yang tersedia dari kompos TKKS tersebut juga sangat rendah.
Kompos TKKS diketahui mengandung unsure N,P,K tinggi bahkan kandungan hara
tersebut lebih besar dari rekombinasi pemupukan kimia kompos. Hal ini sesuai
dengan literatur Firmansyah (2010) yang menyatakan bahwa kompos TKS
meningkatkan kandungan unsur hara N,P,K bahkan kandungan hara tersebut lebih
besar dari rekombinasi pemupukan kimia kompos. Kompos tandan kelapa sawit telah
diuji dan berpengaruh baik pada pembibitan kelapa sawit karena mengandung unsur
hara yang sangat penting.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Media
Tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit. Hal ini dapat
dilihat pada tinggi tunas tertinggi pada
perlakuan media tanam M1A2 sebesar 20 cm, Jumlah daun tertinggi pada perlakuan
M1A2 sebesar 3 dan diameter batang tertinggi pada M1A1 sebesar 1,27.
2.
Pemberian
kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) berpengaruh terhadap pertumbuhan
kecambah kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada tinggi tunas tertinggi pada perlakuan media
tanam M1A2 sebesar 20 cm, Jumlah daun tertinggi pada perlakuan M1A2 sebesar 3
dan diameter batang tertinggi pada M1A1 sebesar 1,27.
3.
Interaksi
antara Media Tanam dengan Pemberian kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)
berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat
pada tinggi tunas tertinggi pada
perlakuan media tanam M1A2 sebesar 20 cm, Jumlah daun tertinggi pada perlakuan
M1A2 sebesar 3 dan diameter batang tertinggi pada M1A1 sebesar 1,27.
Saran
Sebaiknya pengambilan data dilakukan
dengan hati-hati dan seksama sehingga didapatkan data pengamatan yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah,
M.A. 2010 Teknik Pembuatan Kompos. Diakses melalui http://www. deptan.go.id pada tanggal 6 Mei
2012.
Hartawan, R. 2006. Variabilitas
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq) Asal Benih Unggul dan Liar. Diakses melalui
http:// isjd.pdii.lipi.go.id. pada tanggal 4 April 2012.
Khaswarina,
S. 2001. Keragaan Bibit Kelapa Sawit
Terhadap Pemberian berbagai
Kombinasi Pupuk Di Pembibitan Utama. Diakses melalui http://www.unri.ac.id pada tanggal 4 April 2012.
Lumbangaol, P. 2010. Rekomendasi
Pemupukan Kelapa Sawit. Musim Mas Press. Medan.
Mangoensoekarjo,
S dan Semangun, H. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. UGM Press,
Yogyakarta.
Ningtyas,
U., Arnika, Astuti, L. Yuni. 2009. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sisa
Jamur Merang Sebagai Pupuk Organik Dengan Penambahan Aktivator Efektif
Mikroorganisme. ITS. Semarang.
Pahan,
I. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pardamean, S. 2008. Panduan Lengkap
Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Pramana,
G. 2010. Manajemen Pembibitan dan Penanaman Kelapa Sawit. Diakses melalui http://www.deptan.go.id pada tanggal 29
April 2012.
Sastrosayono, S. 2007. Budidaya
Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit,
Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Soehardjo,
H., Harahap, H.H.H., Rajali, I., A. Purba., E. Lubis., S, Budiana dan
Kusmahadi. 1996. Kelapa Sawit. PTPN IV, Medan.
Soemantri, W. 2010. Profil Komoditi
Kelapa Sawit. Diakses melalui http://www.regionalinvestment.bkpm.go.id. Pada tanggal 4
April 2012.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya
dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Taniwiryono,
D dan Isroi. 2008. Pupuk Kimia Buatan, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Diakses
melalui http://www. deptan.go.id pada 6 Mei 2012.
Wahyudi,
K. 2010. Kelapa Sawit (Elaeis guinensis
Jacq). Diakses melalui http://www.deptan.go.id pada 6 Mei
2012.
Wigena, I.G.P.,Sudrajat, Sitorus,
S.R.P., dan Siregar,H,. 2008. Karakterisasi
Tanah Dan Iklim Serta Kesesuaiannya Untuk Kebun Kelapa Sawit Plasma Di Sei
Pagar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Diakses melalui http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id. Pada tanggal 4 April 2012.
LAMPIRAN
GAMBAR
Gambar 1. Kelapa sawit ulangan 3 dengan perlakuan
MIT2 (top soil + pasir (2:1) dengan penambahan 30 gr kompos TKKS) pada 8 MST
Gambar 2. Praktikan sedang menujukkan Kelapa
sawit ulangan 3 dengan perlakuan MIT2 (top soil + pasir (2:1) dengan penambahan
30 gr kompos TKKS) pada 8 MST.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar