Sabtu, 27 April 2013

Laporan DPT Sub Hama


HAMA ULAT TRITIP (Plutella xylostella Linn.) (Lepidoptera;Plutalidae)  PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L. )



LAPORAN

OLEH :

VICTOR HEVIT TARIGAN
100301160
AGROEKOTEKNOLOGI
IV


 


LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
SUB-HAMA
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

LAPORAN DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN  SUB – HAMA
HAMA ULAT TRITIP (Plutella xylostella Linn.)(Lepidoptera;Plutalidae) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.)

LAPORAN

OLEH :
VICTOR HEVIT TARIGAN
100301160
AGROEKOTEKNOLOGI
IV
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
Di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman,Sub – Hama
Fakultas Pertanian , Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ditugaskan oleh,
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium

(    Ir.   Marheni   MP    )
Nip.-196507241989032001

       Disetujui oleh :                                                          Diperiksa oleh :
     Asisten koordinator                                                  Asisten korektor



(Ruomenson D. J. Bakara)                                      (Ade Sartika Rimadhani)
 NIM. 080302037                                                       NIM. 080302004

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
SUB – HAMA
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

PENDAHULUAN
 Latar belakang
Perlindungan tanaman meliputi segala kegiatan perlindungan terhadap kerusakan pertanaman mulai dari tanaman sampai diterima konsumen.Perlindungan tanaman menyangkut seluruh ilmu pertanian dan peraturan hukum,ditinjau dari keuntungan produsen.Pengetahuan perlindungan tanaman dalam arti luas mempelajari serta mengatasi gangguan pada tanaman baik dari penyakit maupun hama pada tumbuhan(Triharso,2004)
Dalam laporan ini penulis akan membahas tentang hama yang menyerang tanaman kubis.Hama penyerang tanaman kubis yang akan dibahas dalam laporan ini adalah ulat tritip(Plutella xylostella Linn.).Hama ini paling sering menyerang tanaman kubis.Tanaman kubis yang diserang oleh hama ini kelak akan meruak tanamn tersebut sehingga sangat merugikan petani.
Nama kubis diduga berasal dari bahasa Inggris yaitu cabbage. Di Indonesia, kubis sering juga disebut sebagai kol. Tanaman kubis (Brassicae oleraceae L.) termasuk family Cruciferae, Klas Dicotyledoneae, Subdivisi Angiospermae dan Divisi Embriophyta (Pracaya, 2001). Kubis sebagai sayuran mempunyai peran penting untuk kesehatan. Kubis banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sebagai sayuran, kubis dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang air besar.Tanaman kubis merupakan tanaman semusim yang di Indonesia banyak ditanam di daerah pegunungan.Tapi belakangan ini banyak kubis yang terserang oleh hama ulat tritip,oleh karnanya petani terpaksa memakai insectisida untuk membasninya.Dosis yang digunakan oleh petani tidak sesuai dengan aturan,oleh karnanya perlu dilaksanakan perlindungan hama terpadu.

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dampak kerusakan yang ditimbulkan hama ulat tritip          (Plutella xylostella Linn.) pada komoditi kubis (Brassica oleracea L.)

Kegunaan Penulisan
- Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan .
- Sebagai syarat masuk praktikal test Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman.



  TINJAUAAN PUSTAKA

BOTANI TANAMAN
Tanaman kubis(Brassica oleracea) dapat diklasifikasikan sesuai (http:Plantamor,2011) sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
SubDivisi        : Angiospermae                                                                                     Kelas             : Dicotyledoneae
Ordo                : Capparales
Famili              : Brassicaceae
Genus              : Brassica
Spesies            : Brassica oleracea L.
Perakaran pada tanman kubis cendrung dangkal.hanya sekita 15 sampai 30 cm.Akar pada tanaman ini berbentuk serabut
Batang kubis umumnya kecil dan banyak mengandung air.Jika dilihat sepintas ,batang tanaman kubis seperti tidak kelihatan.Di sekeliling batang terdapat helaian daun yang melingkar.
Daunnya bulat, oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan (forma rubra)
Biji berdiameter 2-4 mm,terdapat pada polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm
Syarat Tumbuh
Iklim
Kubis bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu minimum 15.5-18 derajat C dan maksimum 24 derajat C
Kelembaban optimum bagi tanaman blumkol antara 80-90%.
             Dengan diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi, budidaya tanaman kubis bunga juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah (200-700 m dpl). Di dataran rendah, temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang.
Tanah
Tanah lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kubis bunga daripada tanah berliat. Tetapi tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir.
Kemasaman tanah yang baik antara 5,5-6,5 dengan pengairan dan drainase yang memadai.
Tanah harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kacuali jika ketiga unsur hara mikro tersebut ditambahkan dari pupuk.
Di Indonesia, sebenarnya kubis bunga hanya cocok dibudidayakan di daerah pegunungan berudara sejuk sampai dingin pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl.

Biologi Hama
            Menurut Pracaya (2001),adapun klasifikasi ulat grayak sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : insecta
Ordo                : Lepidoptera
Famili              : Plutalidae
Genus              : Plutella
Spesies            : Plutella xylostella.Linn


Telur
Telur berbentuk oval dan pipih, berukuran 0,44 milimetres panjang dan lebar 0,26 milimetres. Warnanya hijau kuning atau pucat pada awalnya, tetapi gelap nanti. Mereka diletakkan secara tunggal atau dalam kelompok 2-8 telur pada cekungan di permukaan daun. Betina dapat menyimpan hingga 300 telur dalam total produksi rata-rata namun mungkin setengah jumlah tersebut. Larva muncul dari telur dalam waktu sekitar enam hari. (Sudarmo,1987).
Larva

Larva memiliki empat instar, masing-masing dengan waktu pengembangan rata-rata sekitar empat hari. Bentuk tubuh larva kemiringan di kedua ujungnya. Larva memiliki beberapa rambut hitam pendek dan tidak berwarna di instar pertama, tetapi pucat atau zamrud hijau dengan kepala hitam pada instar nanti.  Ada lima pasang proleg, salah satu yang menonjol dari bagian belakang membentuk "V khas ". Larva cukup aktif dan ketika terganggu bisa meronta keras, bergerak mundur dan berputar sehelai sutra dari mana untuk menjuntai. Kebiasaan makan instar pertama adalah pertambangan daun meskipun mereka sangat kecil bahwa tambang sulit untuk dideteksi. Larva muncul dari tambang untuk rontok dan kemudian memakan permukaan bawah daun. hasil mengunyah mereka di patch teratur kerusakan meskipun epidermis daun bagian atas sering dibiarkan utuh.  
Pupa 
Para pupa kekuningan sekitar delapan milimetres panjang dan dibungkus dalam kepompong sutra longgar. Mereka biasanya ditemukan pada daun bawah atau luar tanaman pangan tetapi pada kembang kol dan brokoli, pupation dapat terjadi di kuntum. Tahap pupa berlangsung rata-rata selama delapan hari, tetapi berkisar dari lima sampai lima belas hari. 
Ngengat/Imago
Ngengat/Imago memiliki lebar sayap sekitar lima belas milimeter dan panjang tubuh enam milimetres. Sayap depan yang sempit, kecoklatan-abu-abu dan ringan sepanjang margin anterior, dengan Speckles gelap halus. Ada-garis berwarna lembut dengan tepi bergelombang pada sisi belakang .Serangga ini kadang-kadang terbatas untuk membentuk satu atau lebih berlian cahaya berwarna-bentuk yang merupakan dasar untuk nama umum dari ngengat ini.. Sayap belakang yang sempit, menunjuk ke arah puncak dan cahaya abu-abu, dengan pinggiran lebar. Ujung sayap dapat dilihat untuk mengubah sedikit ke atas bila dilihat dari samping.Rata-rata hidup serangga ini, mencapai empat minggu untuk wanita tetapi kurang untuk laki-laki ngengat selebaran lemah jarang meningkat lebih dari dua meter di atas tanah dan tidak terbang jarak jauh.. Mereka adalah migran Namun pasif, yang mudah dipindahkan oleh angin jarak jauh.Ngengat menahan musim dingin sebagai orang dewasa di antara puing-puing bidang tanaman silangan dan orang dewasa aktif dapat dilihat selama periode hangat setiap saat selama musim dingin di daerah beriklim .Mereka tidak bertahan musim dingin dan kembali menyerang daerah dingin setiap musim semi sedang dilakukan ada angin . Ngengat  yang aktif biasanya pada senja dan malam hari, makan pada bunga tanaman silangan tetapi mereka juga terbang di sore selama wabah massal.(Sudramo,1987)
Gejala Serangan
Ulat tritip memakan daun kubis .Mereka lebih memilih sisi bawah daun untuk di makan.Ulat tritip menyerang daun terkadang sampai ke tulangnya.Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat karena jumlah stomata pada daun menjadi terbatas jumlahnya.Terkadang pada kubis yang telah di petik,tatkala masih juga terdapat ulat tritip pada helainya.Hal ini mengakibatkan kubis kurang laku di pasaran
Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan dalam pengendalian ulat tritip di buat berdasarkan konsep PHT(Pengendalian Hama Terpadu),sebagai berikut:
Pengendalian Secara Fisik
Dapat dilakukan dengan cara mengutip telur yang bergerombol atau dengan cara mengutip larva yang baru menetas untuk di musnahkan(Triharso,2004)
Pengendalian Secara Mekanik
Pada stadium ulat,hama tersebut dipijit satu persatu.Kalau pada stadium kupu-kupu,sebaiknya memasang obor ketika makam,dan di bawah obor disediakan baskom berisi air.Karena kupu-kupu Tritip akan berhamburan melintasi jilatan api sehingga jatuh ke dalam baskom berisi air tersebut(Triharso,2004)
Pengendalian Secara Kultur Teknis
Pengendalian ini dapat di lakukan dengan cara tidak menanam kubis dan tanaman se-famili dalam satu tahun terus menerus. Pergiliran tanaman mutlak perlu dilakukan dengan tujuan memutus siklus hidup dari ulat Tritip tersebut(Triharso,2004).
Penendalian Secara Biologi
Melalui penyebaran hewan predator ulat Tritip yang nantinya bertindak sebagai hewan ando parasut (memakan tubuh ulat dari dalam). Hal ini pernah dicoba oleh para ahli dengan menyebarkan serangga Angintia cerophaga ,sejenis serangga yang berasal dari New Zealand(Triharso,2004).
Pengendalian Secara Kimia
Pemberantasan dengan cara ini dapat dilakukan dengan car menyemprotkan insektisida pada tanaman yang terserang,misalnya Perfectan(Triharso,2004).

 
PERMASALAHAN
Permasalahan yang sering muncul dalam pengendalian hama ulat tritip(Plutella xylostella) diantaranya:
1.Petani masih saja menggunakan insektisida dalam pengendalian hama pada tanaman kubis.Mereka menganggap dengan menggunakan insektisida,waktu mereka lebih singkat jika menggunakan insektisida.Serta bila menggunakan insektisida tidak butuh proses yang lama dalam membunuh serangga.
2.Banyak petani yang masih menganggap bahwa serangga predator pada tanaman kubis mereka  juga termasuk kedalam hama perusak.Sehingga yang tadinya bisa membantu ,menjadi terbuang.Sungguh sangat disayangkan apabila hal ini terus terjadi
3.Banyaknya residu yang melekat pada kubis ketika penyemprotan yang terus menerus tanpa perhitungan berapa dosis yang di izinkan mengakibatkan kubis yang harus dimakan menjadi beracun dan membahayakan kehidupan.
4.Petani yang akan memanen produksinya seperti kubis.terpaksa harus menyemprotkan insektisida kepada tanamanya agar tidak terkena hama.Padahal apabila terlalu sering melakukan penyemprotan ,maka hama bukanya musnah bahkan hama akan semakin kebal.Sehingga populasi hama semakin meningkat


PEMBAHASAN
            Dari permasalahan-permasalahan yang terjadi seperti disebutkan diatas maka dapat dilakukan penyelesaian berupa di intensifkannya penyuluhan lapangan terhadap cara-cara pengendalian hama ini dengan baik dan benar selain itu pihak-pihak yang bertanggung jawab juga ikut serta dalam membantu atau mengkontribusikan jasa dalam bidang masing-masing seperti :
1.Pemuka masyarakat setempat yang memberikan pengarahan dan pengertian kepada para petani setempat bagaimana seharusnya cara pengendalian hama ini dengan baik dan benar, karena kalau diperhatikan masalah sosial juga mempengaruhi proses pengendalian dan cara pengendalian yang dilakukan oleh para petani.
2.Ahli kultur jaringan atau pembiakan varietas baru terus berusaha menemukan varietas-varietas baru yang lebih  tahan terhadap serangan hama ini serta menemukan cara-cara pengendalian yang lebih efektive dan efesien juga mengurangi resiko dampak yang ditimbulkan oleh kelebihan residu penyemprotan pestisida sehingga dampak kerusakan yang di timbulkan oleh hama ulat tritip ini bisa diminimalisir.
3.Selanjutnya yaitu pengintensifikasian penyuluhan oleh lembaga penyuluhan lapangan pertanian oleh dinas pertanian setempat tentang cara-cara pengendalian yang lebih baik dan benar. Dalam hal ini peran pemerintah setempat juga dibutuhkan dalam proses sosialisasi agar masyarakat lebih termotivasi untuk melakukan cara-cara pengendalian yang di anjurkan.
            Apabila hal-hal diatas bisa dilaksanakan dengan baik mudah-mudahan akan memperlihatkan pengaruh yang baik terhadap kualitas komoditi dan menurunnya presentase jumlah hama ulat tritip pada komoditi-komoditi yang terserang khususnya komoditi kubis


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1.Ulat tritip adalah ulat yang sering menyerang pada tanaman kubis.Proses daur hidup ulat tritip melalui 4 tahap yaitu telur,larva,pupa dan imago.Untuk mengendalikan hama ulat tritip diperlukan penananganan yang serius.Dan perlu di terapkan cara pengendalian hama terpadu pada hama ini.
1.Cara pengendalian hama ulat tritip yang paling efektif yaitu dengan cara biologi(musuh alami) dan dengan cara  penyemprotan pestisida nabati. Meskipun dari keduanya masih memiliki beberapa kelemahan seperti pada pengaplikasian secara musuh alami membutuhkan waktu yang relatif lama dalam memperoleh hasil pengendalian namun dari segi dampak yang ditimbulkan dan biaya yang di keluarkan diperhitungkan lebih efesien dan ramah lingkungan.
2.Pengendalian hama terpadu harus segera di lakukan ke daerah daerah pertanian khususnya daerah pedalaman karena petani disana belum tahu cara penegendalian hama terpadu.Mereka hanya mengerti bahwa cara pengendalian hama hanya dengan menggunakan insektisida.



Saran
            Didalam setiap proses pengendalian sebaiknya dilakukan dengan teliti dan cermat serta sesuai dengan prosedur yang berlaku agar hasil yang diperoleh akan baik nantinya, khusus untuk pengendalian secara biologi ( pemanfaatan musuh alami ) diperlukan kesabaran dan ketelitian karena cara pengendalian ini yang paling membutuhkan waktu relatif lama.




DAFTAR PUSTAKA
Borror.D.J. Dkk. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisis keenam. Gadjah
             Mada Universuty Press. Yogyakarta
Pracaya.2001.Hama dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya,Jakarta
Sudarmo, S. 1987. Pengendalian Hama Dan Penyakit. Kanisius, Yogyakarta.
Sumber Http :// Plantamor .com.Kubis. Diakses pada tanggal 2 maret 2011.
Triharso,2004.Dasar-Dasar Prlindungan Tanaman.Gadjah Mada University.
           Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar