EVALUASI KESUBURAN TANAH INCEPTISOL NAMOTRASI DENGAN METODE SUBSTRAKSI
PADA TANAMAN
JAGUNG (Zea
mays L.)
LAPORAN
OLEH:
VICTOR HEVIT
TARIGAN
100301160
AGROEKOTEKNOLOGI
VII
LABORATORIUM KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 1 2
EVALUASI
KESUBURAN TANAH INCEPTISOL NAMOTRASI
DENGAN METODE SUBSTRAKSI PADA TANAMAN
JAGUNG (Zea
mays L.)
LAPORAN
OLEH:
VICTOR HEVIT
TARIGAN
100301160
AGROEKOTEKNOLOGI
VII
Laporan Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian
Praktikal di
Laboratorium
Kesuburan Tanah dan
Pemupukan, Departemen Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan
LABORATORIUM KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKKAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
M E D A N
2012
Judul : Evaluasi Kesuburan Tanah Inceptisol
Namotrasi dengan Metode Substraksi pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Nama : Victor Hevit Tarigan
NIM : 100301160
Departemen : Agroekoteknologi
Disetujui Oleh
Asisten Korektor
(Topan Radika Pranata Siregar)
NIM: 090301166
Diketahui Oleh:
Dosen Penanggungjawab
Laboratorium
(Ir. Fauzi, MP)
NIP. 1957 11101 986 01 1003
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
tepat pada waktunya.
Adapun judul dari laporan ini adalah
“Evaluasi Pemberian Pupuk Kimia pada Tanah Inceptisol Hamparan
Perak Binjai terhadap Pertumbuhan Jagung (Zea mays Linn.) Dengan
Metode Substraksi Minust One Test ” sebagai salah satu syarat untuk dapat
mengikuti praktikal test di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Departemen
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada ;
Ir. MMB. Damanik, MSc; Dr. Ir. Hamida Hanum, MP; Ir. Bachtiar Effendi,
MP; Ir. Fauzi, MP; Ir. Sarifuddin, MS selaku dosen mata kuliah Kesuburan Tanah
dan Pemupukan dan kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantuh penulis menyelesaikan laporan ini dan semoga
laporan ini berguna bagi kita semua.
Medan,
April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................... 1
Tujuan Percobaan............................................................................... 2
Kegunaan Penulisan........................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman................................................................................. 3
Syarat Tumbuh................................................................................... 4
Iklim....................................................................................... 4
Tanah..................................................................................... 5
Tanah Inceptisol................................................................................. 6
Unsur Hara......................................................................................... 7
N............................................................................................ 7
P............................................................................................. 7
K............................................................................................ 8
Ca........................................................................................... 8
Mg..........................................................................................
8
Defisiensi
Unsur Hara............................................................ 9
Pupuk
dan Pemupukan...................................................................... 13
Jenis Pupuk........................................................................... 13
Metode Aplikasi.................................................................... 15
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan............................................................ 17
Bahan dan Percobaan......................................................................... 17
Metode Percobaan.............................................................................. 18
Prosedur Percobaan............................................................................ 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil..................................................................................................... 22
Pembahasan......................................................................................... 27
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.......................................................................................... 32
Saran ................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
Tabel 1. Bagan Percobaan.............................................................................. 19
Tabel 2. Data Tinggi Tanaman Jagung (cm)................................................... 22
Tabel 3. Data Diameter Batang Tanaman Jagung (cm).................................. 23
Tabel 4. Data Berat Kering Oven (BKO) Daun............................................. 24
Tabel 5. Data Berat Kering Oven (BKO) Akar............................................. 25
Tabel 6 Data
Jumlah Daun (Helai)................................................................ 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
Lampiran 1. Foto Lahan................................................................................. 35
Lampiran 2. Persentase Kadar Air................................................................. 36
Lampiran 3. Perhitungan Pupuk..................................................................... 37
Lampiran 4. Fotocopy data............................................................................ 38
Lampiran 5. Lampiran Data...........................................................................
39
Lampiran 6. Bagan Lahan ............................................................................. 40
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bercocok tanam merupakan tradisi yang menjadi mata pencaharian sebagian
besar masyarakat indonesia. Selain sebagai negara kepulauan, indonesia juga
terkenal sebagai negara agraris karena penduduknya hidup sebagai petani dengan lahan pertanian yang luas dan subur.
(Hardjowigeno,1993)
Unsur hara esensial sangat diperlukan tanaman fungsinya tidak dapat
digantikan oleh unsur lain. Jika jumlahnya kurang mencukupi, terlalu lambat
tersedia, atau tidak diimbangi oleh unsur-unsur lain akan menyebabkan
pertumbuhan tanaman terganggu. Unsur makro terdiri terdiri dari N, P, K, Ca,
Mg, S (Novizan, 2005).
Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu,
didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di
Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Madura. Selanjutnya, tanaman jagung lambat laun meluas ditanam di luar Pulau
Jawa. Dari hasil survey pertanian Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1991, daerah
sentrum produsen jagung paling luas di Indonesia, antara lain adalah provinsi
Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NTB, Lampung dan Jawa Barat
(Rukmana, 1997a).
Pupuk kimia atau pupuk buatan adalah pupk yang dibuat dipabrik-pabrik
yang mengandung unsur hara tertentu, yang pada umumnya mempunyai kadar unsure
hara tinggi. Secara umum dapat dikatakan bahwa pupuk buatan mempunyai kebaikan
sebagai berikut :
1.
lebih mudah menentukan jumlah pupuk yang diperlukan dengan
kebutuhan tanaman
2. hara yang diberikan, dalam bentuk yang
cepat tersedia
3. dapat diberikan pada saat yang lebih tepat
4. pemakaian dan pengangkutannya lebih murah
karena kadar haranya tinggi (Hakim, dkk,
1986).
Tanaman Jagung sudah ditanam sejak
ribuan tahun yang lalu. Jagung berasal dari Amerika. Dalam penemuan ternyata
Peru dan Meksiko telah membudidayakan Jagung sejak ribuan tahun lalu.
Berkembang terutama di Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Akhirnya,
jagung berkembang di Spanyol, Portugis, Prancis, Italia dan bagian utara
Afrika. Pada awal abad keenam belas menyebar ke India dan Cina (Suprapto,
1990).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini
adalah untuk mengevaluasi kesuburan tanah Inceptisol Namuterasi dengan metode substraksi (Missing Element
Technic) terhadap pertumbuhan
tanaman jagung (Zea mays L.).
Kegunaan Penulisan
-
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti
praktikal test di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-
Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1997b), sistematika
dari tanaman jagung adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae (Graminae)
Genus
: Zea
Spesies : Zea
mays L.
Sistem
perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan akar
udara. Akar-akar seminal merupakan akar-akar radikal atau akar primer ditambah
dengan sejumlah akar-akar lateral yang muncul sebagai akar adventif pada dasar
buku pertama di atas pangkal batang (Rukmana, 1997a).
Tinggi tanaman jagung berkisar
antara 90-150 cm. Batang jagung berwarna hijau sampai kekuningan, batang
berbuku-buku, yang dibatasi oleh
ruas-ruas yang jumlahnya antara 10-40 ruas. Ruas bagian atas berbentuk
silindris dan bagian bawah berbentuk agak bulat pipih. Pada batang jagung
terdapat tunas yang biasanya berkembang menjadi bakal tongkol yang berada di
bawah tongkol utama tidak berkembang sempurna (Nurmala, 1997).
Daun terdapat pada buku-buku batang dan terdiri dari kelopak daun (ligula)
dan helai daun. Helai daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi
masuknya air hujan (embun) ke dalam pelepah daun. Jumlah daun sekitar 8-18
helai, berwarna hijau atau hijau kekuningan, berbentuk pita memanjang,
bertulang daun sejajar menyirip ke ujung daun, tulang daun dan mengeras
(Nurmala, 1997).
Tanaman
ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh sebagai pembungaan ujung (tassel)
pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai
perbungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Buah
jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk,
warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada
umunya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau
berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas
tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seed coat), endosperm, dan embrio
(Rukmana, 1997a).
Syarat Tumbuh
Iklim
Daerah yang dikehendaki oleh
sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga daerah
beriklim subtropis/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak
antara 50o LS – 40o LS. Curah hujan ideal sekitar 85-200
mm/bulan selama masa pertumbuhan (Purwono dan Hartono, 2005).
Kapasita air tanah (kelembaban tanah) yang ideal untuk perkecambahan
benih antara 25% - 60%. Pada keadaan ini proses perkecambahan benih jagung akan
lebuh optimal sehingga munculnya plumula dan radikula tidak terganggu. Dengan
keadaan seperti ini juga dapat menyediakan mineral bagi tanaman jagung dalam
proses fotosintesis (Rukmana, 1997a).
Suhu yang dikehendaki tanaman
jagung untuk pertumbuhan terbaiknya adalah 27oC - 32oC.
Pada proses perkecambahan banih jagung memerlukan suhu sekitar 30oC
(Syahputra, 1999).
Jagung
menghendaki persyaratan-persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi, antara lain
sebagai berikut:
1.
Menghendaki penyinaran matahari yang penuh.
2.
Menghendaki suhu optimum 21°C - 34°C yang terdapat di
daerah dengan ketinggian antara 0-600 meter di atas permukaan laut.
(Najiyati
dan Danarti, 1999).
Tanah
Tanah berdebu yang kaya hara dan humus amat cocok untuk tanaman jagung.
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu
ataupun lempung berpasir, dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainasenya
baik (Rukmana, 1997a).
Tanah liat lebih baik karena mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman
ini peka terhadap tanah masam dan tumbuh
baik pada kisaran pH antara 6,0 dan 6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah andosol umumnya berwarna hitam, terdapat di daerah pegunungan, solumnya
agak tebal (1m – 2m), bertekstur debu, lempung sampai lempung berdebu,
strukturnya remah dengan konsistensi gembur, ber-pH antara 5,0 – 7,0 dan
produktifitasnya sedang sampai tinggi (Rukmana, 1997b).
Tanah Jenis Inceptisol
Jumlah basa-basa dapat tukar diseluruh lapisan tanah Inceptisol tergolong sedang sampai tinggi.
Kompleks absorbsi didominasi ion Mg dan Ca, dengan kandungan ion K relatif
rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi di semua lapisan.
Kejenuan basa (KB) rendah sampai tinggi. (Damanik, dkk., 2011).
Inceptisol dijumpai di
Indonesia, umpamanya disekitar daerah Gambut-Martapura (Kalimantan Selatan)
yang disebut Aquept atau dibeberapa tempat disebelah kanan-kiri sungai Kahayan
(Kalimantan Tengah). Inceptisol juga terdapat di kaki sebelah utara Gunung
Salak tidak jauh dari Bogor, di daerah Lembang (sangat baik untuk sayuran) di
Sumatera Barat (kelapa tumbuh sangat subur), di daerah Kerinci (kopi), dan
Sumatera Utara. Inceptisol di Indonesia terutama di Pulau Jawa (vertic) Tropa queptis dijumpai disebelah selatan
Gunung Muria (Jawa Tengah), sedangkan (Oxid) Dystropepts dijumpai dipantai barat Sumatera, Aceh, Sumatera Utara,
dan Sumatera Selatan. Di Irian Jaya dijumpai dibagian tengah sekitar pegunungan
Jaya Wijaya, di Nusa Tenggara Timur dijumpai di Pulau Seram dan Obi (Munir,
1996).
Pada umumnya Inceptisol di Indonesia
digunakan untuk pertanaman padi sawah, tetapi pada tanah lereng cocok untuk
tanaman tahunan atau tanaman permanen untuk menjaga kelestarian tanah. Pada
tanah alluvial dan mediteran yang juga termasuk dalam order Inceptisol
memberikan respon yang sangat baik dibudidayakan ubi jalar varietas local
Grompol dan Unggul Daya dengan pemberian dosis pupuk Urea 200 kg/ha yang
diberikan dua kali pada umur dua minggu dan pada umur delapan minggu respon
tanaman terhadap Urea hingga dosis 200 kg/ha masih linier, kemungkinan besar
hasil umbi masih dapat ditingkatkan lagi bila pupuk lebih banyak (Munir, 1996).
Order tanah inceptisol tergolong tanah muda yang
mengalami tahap perkembangan lebih lanjut, jenis inceptisol dicirikan oleh adanya
perkembangan pencucian hara dan liat
pada lapisan atas dan penimbunan bahan-bahan tersebut pada lapisan bawah yang
belum intensif, sehingga tanah-tanah ini tergolong relatif subur. Sebaran
inceptisol merupakan yang terluas dibandingkan order-order tanah
yang lain.
Terbentuknya tanah ini cenderung lebih mudah pada daerah dataran tanah mineral
(http://www.damandiri.or.id, 2012).
Tanah Inceptisol adalah jenis tanah
muda tetapi lebih berkembang dari Entisol, memiliki epipedon umbrik, orchrik,
molik atau plagen, juga memiliki horizon kambik. Ordo tanah ini memiliki solum
yang tebal, warna tanah terang dan seragam dengan batas-batas horizon kabur,
remah sampai gumpal, gembur, kejenuhan basa kurang dari 50 %, pH berkisar 4,5 –
5,5, dan kandungan bahan organik
kurang dari 1 %. Padanan nama
tanah ini adalah Latosol (http://www.depnakertrans.go.id, 2012).
Unsur Hara
Nitrogen (N)
Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami
seperti unsur hara lainnya. Sumber nitrogen yang terbesar berupa udara yang
sampai ke tanah melalui air hujan atau udara yang diikat oleh bakteri pengikat
nitrogen. Contoh bakteri pengikat nitrogen adalah Rhizobium spp. yang ada di bintil substansi hidup dari sel
tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman
untuk membentuk asam amino yang diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan
untuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Karena itu
nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap vegetatif seperti
pertumbuhan generatif. Jika kebutuhan nitrogen mulai berkurang dalam tanah,
maka pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan terjadi (Novizan, 2005).
Pupuk nitrogen (N) termasuk pupuk kimia buatan
tunggal. Jenis pupuk ini termasuk pupuk makro, sesuai dengan namanya, pupuk
dalam kelompok ini didominasi oleh unsure nitrogen (N). Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat
sebagai pengikat atau katalisator (Lingga dan
Marsono, 2000).
Urea merupakan pupuk dasar utama
yang diberikan pada tanaman. Nitrogen yang dikandungnya lepas dalam bentuk
ammonia dan sebagian bereaksi dengan tanah membentuk nitrat dan nitrit.
Sebagian tanaman, misalnya tembakau,
tidak tahan nitrit sehingga tidak baik jika dipupuk dengan urea (Marsono dan Sigit, 1995).
Nitogen (N), zat lemas ini
berfungsi untuk : (a) meningkatkan pertumbuhan tanaman; (b) menyehatkan hijau
daun (khlorofil); (c) meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman; (d)
meningkatkan kualitas tanaman yang menghasilkan daun; (e) meningkatkan
berkembangbiaknya mikroorganisme dalam tanah yang penting bagi kelangsungan
pelapukan bahan organis. Gejala kekurangan N yaitu terdapatnya penyimpangan
pertumbuhan daun, jaringan mati,, mengering. Pertumbuhan tanaman kerdil,
pemasakan buah lebih cepat (Sutedjo dan
Kartasapoetra, 1987).
Fosfor (P)
Bagi tanaman fosfor berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan akar, semai, memacu dan memperkuat pertumbuhan
tanaman dewasa pada umumnya,
meningkatkan produksi biji-bijian. Unsur-unsur P merupakan bahan pembentuk inti
sel, selain itu mempunyai peranan penting bagi
pembelahan sel serta bagi perkembangan jaringan meristematik. Dapat
membentuk ikatan fosfat berdaya tinggi yang dipergunakan untuk mempercepat
proses-proses fisiologis (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
Di dalam tanah, fosfor sebagian besar berada dalam
bentuk kalium fosfat (Ca3(PO4)2) yang sulit
larut. Karena pengaruh asam di dalam tanah, maka dapat terbentuk kalium fosfat
asam primer (Ca(H2PO4)2) yang mudah larut.
Karena itu fosfat/fosfor boleh dikatakan diserap seluruhnya dalam bentuk ion H2PO4-.
Namun konsentrasi ion ini di dalam air tanah. Tanaman juga dapat menyerap
persenyawaan fosfor organik tertentu (Rinsema, 1993).
Sumber fosfor alam yang dikenal
mempunyai kadar P adalah batuan beku dan batuan endapan (sedimen), dimana bahan
mineralnya mengandung apatit (Ca10(PO4,CO3)6
(F,Cl,OH)2, yang merupakan senyawa karbonat, fluor, chlor
atau hidroksi apatit yang mempunyai kadar P2O5 berkisar
15-30 %. Mineral ini sangat sukar larut dalam air dan tidak tersedia bagi
tanaman. Fosfor juga dapat diikat sebagai anion yang dapat dipertukarkan dan
dapat terikat dalam bentuk yang tidak dapat diabsorpsi tanaman. Sebagai akibat
dari sifat kimia fosfat, konsentrasi fosfat dalam larutan tanah adalah rendah
(Hakim, dkk, 1986).
Kalium (K)
Unsur kalium merupakan unsur hara
yang mudah mengadakan persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya klor
dan magnesium. Unsur K berfungsi bagi tanaman yaitu untuk mempercepat
pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman, memperkokoh tubuh tanaman, memperkuat
resistensi terhadap serangan hama/penyakit dan kekeringan dan meningkatkan
kualitas biji. Dalam pembentukan biji padi misalnya, K merupakan unsur yang
penting, menyebabkan tanahnya berpengaruh besar bagi pembentukan umbi-umbian
unsur K mutlak penting (Sutedjo dan
Kartasapoetra, 1987).
Salah satu jenis pupuk kalium yang
dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang dikenal selama ini sebagian besar merupakan
hasil tambang. Endapan tambang kalium yang sangat terkenal ada di Perancis dan
Jerman. Kandungan utama dari endapan tersebut adalah KCl dan K2SO4
karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus
dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai
50 %. Jenis inilah yang banyak beredar di pasaran (Marsono dan Sigit, 1995).
Kalium diserap oleh tanaman dalam
bentuk ion K+. Di dalam tanah, ion tersebut bersifat sangat dinamis.
Persedian kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu
pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah.
Biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak dari pada unsur lain, kecuali
nitrogen (Novizan, 2005).
Magnesium
(Mg)
Sumber
utama magnesium adalah batu kapur dolomit, merupakan bahan yang sangat baik
memberikan Ca dan Mg selain untuk menetralisir keasaman tanah. Sumber lain
meliputi K-Mg sulfat, Mg sulfat, Mg klorida, Mg oksida, dan sebagainya. Bentuk
Mg sulfat lebih larut dibandingkan dengan batu kapur dolomit sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pupuk Mg yang segera dibutuhkan tanaman (Winarso, 2000).
Magnesium
berfungsi bagi tanaman yaitu untuk menyehatkan khlorofil, mengatur peredaran
zat P dalam tubuh tanaman dan mengatur peredaran zat karbohidrat dalam tubuh
tanaman. Magnesium merupakan komponen zat klorofil yang memainkan suatu peranan
dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber magnesium yaitu Dolomitic Limestone
(CaCO3MgCO3), Sulfat Potash Magnesium, Epsom Salt (MgSO47H2O),
kieserit, Magnesia (MgO), Serpentin (Mg3SiO2(OH)4),
Magnesit (MgCO3) (Sutedjo dan
Kartasapoetra, 1987).
Magnesium
tanah berasal dari pelapukan mineral magnesium seperti biotit, dolomit dan
sepertin. Berdasarkan ketersediaan bagi tanaman, maka magnesium dapat dibedakan
menjadi bentuk-bentuk (1) larutan dalam air, (2) dapat dipertukarkan, (3) dalam
kisi mineral tipe 2:1, dan (4) dalam mineral primer. Akibat proses pelapukan
mineral-mineral magnesium, maka magnesium tersebut menjadi akan bebas dalam
larutan tanah. Hal ini dapat menyebabkan magnesium hilang (1) hilang bersama
perkolasi, (2) diserap tanaman, (3) diabsorbsi liat, dan (4) diendapkan menjadi
mineral sekunder (Hakim, dkk, 1986).
Defisiensi Unsur Hara
Nitrogen
(N)
Jika
terjadi kekurangan nitrogen, maka tanaman dapat menjadi rebah, meningkatnya
tanaman terhadap penyakit, tanaman terlambat masak, dan kualitas produk kurang
baik. Rebahnya tanaman terutama pada tanaman gandum berakhirnya sangat buruk. Banyak nitrogen menurunkan kadar
karbohidrat pada kentang dan kadar gula pada bit gula (Rinsema, 1993).Nitrogen
memiliki sifat sebagai berikut, sehingga perlu diperhatikan ketika memupuk :
-
nitrogen
dalam bentuk nitrat sangat cepat tersedia bagi tanaman
-
bentuk
ammonia bersifat tidak dinamis dan tidak tercuci secepat nitrat
-
nitrogen dalam bentuk urea cepat larut di dalam air dan
lebih mudah tercuci
-
untuk menutupi kehilangan N akibat pencucian serta
sejumlah kandungan bahan organik pada tanah
(Novizan, 2005).
Jika terjadi kelebihan nitrogen, tanaman tampak terlalu subur, ukuran daun
menjadi tampak lebih besar, batang menjadi lunak dan berair (sukulensi)
sehingga mudah rebah dan mudah diserang penyakit. Kelebihan juga dapat menunda
pembentukan bunga, bahkan bunga yang telah terbentuk lebih mudah rontok. Efek
lain adalah pematangan buahnya juga terhambat (Novizan, 2005).
Fosfor (P)
Mineral
yang mengandung apatit (Ca10(PO4,CO3)6
(F,Cl,OH)2 sangat sukar larut dalam air dan tidak tersedia bagi
tanaman. P juga dapat diikat sebagai anion yang dapat dipertukarkan dan dapat
terikat dalam bentuk yang tidak dapat diabsorbsi tanaman. Sebagai akibat dari
sifat kimia fosfat, konsentrasi fosfat dalam larutan tanah adalah rendah (Hakim, dkk, 1986).
Gejala
defisiensi fosfat pada tanaman adalah ditandai dengan menguningnya pucuk dan
tepian dedaunan bawah kemudian menggulung dan mengering, juga dapat menyebabkan
hangusnya tetepian dedaunan bawah, daging daun membengkak dan mengenting serta
menguningnya tepi daun bagian bawah (Hanafiah, 2005).
Kelebihan fosfat pada tanaman akan
menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil. Pada tanaman jagung daun meruncing
berwarna hijau gelap, terjadi pematangan dini. Kelebihan fosfat bukan
menjadikan tanaman menjadi lebih baik, tetapi jika pemberian fosfat berlebihan,
maka pematangan pun semakin lebih cepat (tidak seperti keadaan normal). Sehingga pemberian fosfat harus berimbang
agar tidak terjadi over laping (Rinsema,
1993).
Kalium
(K)
Kalium
di dalam jaringan tanaman tetap terbentuk ion K+. Tidak ditemukan
dalam bentuk senyawa organik. Kalium bersifat mobil (mudah bergerak) sehingga
siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkannya. Secara umum
peran kalium berhubungan dengan proses metabolisme, seperti fotosintesis dan
respirasi (Novizan, 2005).
Gejala
kekurangan kalium umumnya terlihat seperti daun terbakar. Pada tanaman
padi-padian gejala terbakar ini dimulai dari pucuk terus ke bawah dari pinggir
daun. Pada tanaman jagung akan terdapat pada daun yang menguning mulai dari
ujung terus ke sisi daun sebelah bawah, sering terjadi pada daerah di antara
urat daun yang kemudian daun mengkerut (Hakim,dkk., 1986).
Jika
jumlah K di dalam tanah sangat berlebihan, ketersediaan Mg akan menurun.
Sebaliknya, jika jumlah Mg di dalam tanah berlebihan akibat terlalu sering
menggunakan dolomite atau pupuk Mg lainnya, penyerapan K atau Ca akan terganggu
(Novizan, 2005).
Magnesium
(Mg)
Karena
bermuatan positif, ion magnesium bisa terikat pada koloid tanah atau tetap
berada di dalam larutan tanah. Di dalam tanaman magnesium mudah sekali
berpindah-pindah. Magnesium merupakan regulator (pengatur) dalam penyerapan
unsur lain, seperti P dan K. Selain itu magnesium juga merupakan aktifator
berbagai jenis enzim tanaman (Novizan, 2005).
Gejala
pertama yang terlihat pada tanaman yang kekurangan magnesium (Mg) ialah daun
tua mengalami klorosis dan tampak ada bercak-bercak coklat. Daun yang semula
hijau segar menjadi kekuningan dan tampak pucat. Warna kekunungan itupun timbul
diantara tulang-tulang daun. Daun menguning dan kerap kali langsung mati
(Nyakpa,dkk., 1988).
Defisiensi Magnesium ditandai
adanya klorosis pada sebagian dedaunan tua (terkait dengan fungsinya sebagai salah
satu penyusun klorofil) dan kadang kala berwarna merah, tepi dan ujung daun
terlihat menggulung. Kadangkala menyebabkan penuaan daun yang terlalu dini.
Pada tanaman kopi ditandai dengan menguningnya daging daun tua dengan tulang
yang tetap hijau (Hanafiah, 2005).
Pupuk Dan Pemupukan
Jenis Pupuk
Urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2,
pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm).
pupuk ini mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut sempurna didalam air, dan tidak
mengasamkan tanah (EA:71) (Hakim,1986).
Sekarang
pupuk Superfosfat triple (TSP) tidak lagi diproduksi di Indonesia, dan sebagai
gantinya diproduksi pupuk superfosfat lain yang kadar P2O5 nya
lebih rendah yakni 36%, dan dikenal
dengan nama SP 36 atau pupuk superfosfat 36. Sifat fisik dan kimiawi dari SP 36
tidak jauh berbeda dengan pupuk TSP (Lingga,2000).
Kalium
khlorida (MOP), pupuk ini dikenal juga dengan nama Muriate of Potash (MOP) dengan rumus kimia KCl. Bentuk Kristal yang
berwarna merah dan adapula yang berwarna putih kotor. Terdapat dua macam pupuk
KCl yakni: KCl 80 yang mengandung 52% - 53% K2O dan KCl 90 dengan
kandungan 55%-58% K2O (Lingga,2000).
Dolomit
merupakan mineral dalam bentuk kapur yang unsur hara Ca dan Mg dalam bentuk CaCO3
dan MgCO3. Sama halnya seperti kalsium karbonat, untuk dapat
dipergunakan sebagai pupuk Ca atau Mg harus digiling terlebih dahulu pada
kehalusan 80 mesh sampai 100 mesh (Damanik, dkk, 2011).
Komponen utama dari
pupuk kieserite adalah MgSO4.H2O, agak mudah larut dalam
air. Mengandung Mg sekitar 27 % MgO. Berbentuk tepung halus dengan kehalusa
80-100 mesh (Marsono,1995).
Pupuk nitrogen (N) termasuk pupuk kimia
buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk pupuk makro, sesuai dengan namanya,
pupuk dalam kelompok ini didominasi oleh unsure nitrogen (N). Adanya unsur lain di dalamnya lebih
bersifat sebagai pengikat atau katalisator (Marsono, 1995).
Metode Aplikasi
Untuk mengenal dan mengetahui sifat-sifat, jenis
dan macam-macam pupuk perlu dilakukan pengolongan atau pengklasifikasian pupuk
dengan dasar yang berbeda-beda:
- Berdasarkan sumbernya atau terjadinya pupukl, pupuk diklasifikasikan menjadi: pupuk alam dan pupuk buatan.
- Berdasarkan senyawa kimianya pupuk diklasifikasikan menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik.
- Berdasarkan kandungan haranya pupuk diklasifikasikan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
- Berdasarkan reaksinya pupuk diklasifikasikan menjadi menjadi pupuk masam, pupuk basa dan pupuk netral.
- Berdasarkan bentuknya pupuk diklasifikasikan menjadi pupuk padat dan pupuk cair.
(Rinsema,1993).
Dikatakan
pupuk tunggal karena hara yang dikandungnya hanya satu. Kedalam kelompok pupuk
tunggal ini ada tiga macam pupuk yang dikenal dan banyak beredar dipasaran,
yaitu, pupk yang berisi hara utama nitrogen (N), hara utama fosfor (P), dan
hara utama kalium (K). Selain itu, ada pula pupuk yang berisi hara utama
magnesium (Lingga dan Marsono, 2003)
Pupuk organik ialah pupuk
dengan senyawa organik. Pupuk ini merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik
dan biasanya mempunyai kandungan hara yang rendah. Oleh karena itu pemberian
pupuk organik bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah tarutama struktur
tanah. Pupuk organik terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, guano,
tepung tulang, tepung ikan dan lain-lain (Rinsema,1993).
Pupuk berdasarkan kandungan haranya
yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya
mengandung satu unsur pupuk. Unsure pupuk ada tiga yaitu: Nitrogen, Fosfor, dan
Kalium. Contoh: pupuk ZA adalah pupuk tunggal yang hanya mengandung unsur N.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur pupuk. Pupuk
majemuk dibedakan lagi menjadi pupuk majemuk tak lengkap dan pupuk majemuk
lengkap. Pupuk majemuk tak lengkap terdiri dari kombinasi berikut: pupuk NP,
NK, PK, pupuk majemuk lengkap adalah pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk
yaitu NPK (Noviza,2005).
Pupuk
berdasarkan reaksinya (Keasamannya) yaitu pupuk yang diberikan kedalam tanah
dapat mempengaruhi sifat keasaman tanah. Pupuk yang dapat menurunkan pH tanah
disebut dengan pupuk asam, pupuk yang dapat menaikkan pH tanah disebut dengan
pupuk basa, dan ada puila pupuk yang bereaksi netral artinya tidak mempengaruhi
keasaman tanah (Novizan,2005).
Pupuk
berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi: pupuk padat dan pupuk cair.
Pupuk-pupuk bentuk padat dibedakan lagi dalam bentuk ukurannya seperti bentuk
tepung (serbuk), bentuk Kristal seperti gula pasir bentuk butiran (granular),
bentuk pellet, bentuk tablet atau kaplet. Pupuk cair dapat dibedakan dengan
pupuk yang berbentuk cairan dan pupuk padat yang dapat larut sempurna didalam
air (Utami,2003).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan
ini dilakukan di rumah kasa dan di Laboratorium
Kesuburan Tanah Dan Pemupukan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan. Terletak pada ketinggian 25 m dpl. Percobaan ini dilaksanakan pada
tanggal 21 Maret 2012 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat Percobaan
Adapun bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah sampel tanah
inseptisol namutrasi sebagai media tanam, benih jagung sebagai tanaman
indikator, pupuk urea, SP-36, MOP, CaCO3, kiserit sebagai perlakuan
pada tanah, label sebagai penanda polibag, polibag sebagai wadah untuk
penanaman.
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul sebagai alat untuk
mengambil tanah, karung sebagai alat untuk mengangkut tanah, plastik sebagai
wadah untuk menampung pupuk, timbangan sebagai alat untuk menimbang berat
sampel tanah dan pupuk, oven sebagai alat untuk mengeringkan tanah, kalkulator
sebagai alat hitung persentase berat tanah kering dan kebutuhan pupuk,
penggaris/meteran sebagai alat ukur panjang tanaman, jangka sorong sebagai alat
ukur diameter batang, alat tulis untuk menulis data.
Metode Percobaan
Percobaan ini dilakukan di lahan Laboratorium Kesuburan
Tanah Dan Pemupukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 12
perlakuan. Perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.
Perlakuan Pada Percobaan Minus One Test
No
|
Perlakuan
|
Unsur Hara
|
1
|
Kontrol
|
-
|
2
|
Lengkap
|
N, P, K, Ca, Mg
|
3
|
L - N
|
P, K, Ca, Mg
|
4
|
L - P
|
N, K, Ca, Mg
|
5
|
L - K
|
N, P, Ca, Mg
|
6
|
L - Ca
|
N, P, K, Mg
|
7
|
L - Mg
|
N, P, K, Ca
|
8
|
L - NP
|
K, Ca, Mg
|
9
|
L - NK
|
P, Ca, Mg
|
10
|
L - PK
|
N, Ca, Mg
|
11
|
L - KCa
|
N, P, Mg
|
12
|
L - CaMg
|
N, P, K
|
Tabel 2. Dosis
Pupuk Percobaan Minus One Test
Hara
|
Dosis
|
Sumber Pupuk
|
Jumlah Pupuk
(g/pot)
|
N
|
250 ppm N
|
Urea (45% N)
|
2.8
|
P
|
100 ppm P
|
SP-36 (36% P2O5)
|
3.18
|
K
|
150 ppm K
|
KCl (60% K2O)
|
1.5
|
Ca
|
100 ppm Ca
|
CaCO3 (56% CaO)
|
1.25
|
Mg
|
50 ppm Mg
|
Kieserit (27% MgO)
|
1.54
|
Prosedur
Percobaan
-
Ditinjau
lokasi/area yang tanahnya akan dijadikan sampel percobaan
-
Diambil
sampel tanah dari area tersebut secara zig-zag, diambil sampel tanah disetiap
titik dengan kedalaman 0-20 cm.
-
Dimasukkan
tanah kedalam 4 karung bersih yang berukuran 50 Kg.
-
Dikeringanginkan
tanah yang telah diambil ditempat yang teduh
-
Diambil
sampel tanah yang telah dikeringanginkan tersebut sebanyak 10 g
-
Dikeringovenkan
tanah tersebut selama ± 5 jam
-
Ditimbang
berat tanah yang telah dikeringovenkan
-
Dihitung
persentase kadar air tanah tersebut
-
Dimasukkan
tanah yang telah kering udara (KA <10%) kedalam polibag, setara 5 Kg berat
kering mutlak dengan rumus :
BTKU = BTKO + (%KA x BTKO)
BTKU :
Berat Tanah Kering Udara
BTKO : Berat Tanah Kering
Oven
%KA :
Persen Kadar Air
-
Diberi
label pada polibag sesuai dengan perlakuan
-
Dimasukkan
pupuk sesuai dosis yang telah dihitung, lalu seminggu kemudian ditanam benih
jagung yang akan dijadikan indikator.
-
Dihitung
persentase perkecambahan benih jagung
-
Diukur
panjang, jumlah daun, dan diameter batang dari jagung
-
Dicatat
perkembangan dan pertumbuhan jagung di buku data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
Dari hasil pengamatan
tinggi tanaman jagung 8 MST diperoleh hasil.
Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 8 MST
No
|
Perlakuan
|
Rataan
|
%tase terhadap lengkap
|
Kriteria
|
1
|
Lengkap
|
117,85
|
-
|
-
|
2
|
Kontrol
|
164,6
|
139,66 %
|
Cukup
|
3
|
-N
|
100
|
84,85
%
|
Sedang
|
4
|
-P
|
151,65
|
128,68 %
|
Cukup
|
5
|
-K
|
153,25
|
130,04
%
|
Cukup
|
6
|
-Ca
|
145,9
|
123,8 %
|
Cukup
|
7
|
-Mg
|
164,1
|
139,24
%
|
Cukup
|
8
|
-NP
|
96,1
|
81,46 %
|
Sedang
|
9
|
-NK
|
104,65
|
88,8
%
|
Sedang
|
10
|
-PK
|
143,65
|
121,9 %
|
Cukup
|
11
|
-KCa
|
150,7
|
127,87
%
|
Cukup
|
12
|
-CaMg
|
154,7
|
131,26 %
|
Cukup
|
Dari hasil pengamatan
tinggi tanaman jagung 8 MST diperoleh tinggi tanaman yang tertinggi adalah
164,6cm dan terendah 96,1
Diameter Batang
Dari hasil
pengamatan diameter batang tanaman jagung 8 MST diperoleh hasil.
Tabel 2. Diameter Batang Tanaman
Jagung (Zea mays L.) 8 MST
No
|
Perlakuan
|
Rataan
|
%tase
terhadap lengkap
|
kriteria
|
1
|
Lengkap
|
3,06
|
-
|
-
|
2
|
Kontrol
|
3,23
|
105,55 %
|
Cukup
|
3
|
-N
|
2,26
|
73,86
%
|
Sedang
|
4
|
-P
|
3,06
|
100 %
|
Cukup
|
5
|
-K
|
2,66
|
86,93
%
|
Sedang
|
6
|
-Ca
|
2,64
|
86,27 %
|
Sedang
|
7
|
-Mg
|
3,31
|
108,17
%
|
Cukup
|
8
|
-NP
|
1,90
|
62,09 %
|
Sedang
|
9
|
-NK
|
2,27
|
74,18
%
|
Sedang
|
10
|
-PK
|
2,84
|
92,81 %
|
Cukup
|
11
|
-KCa
|
2,58
|
84,31
%
|
Sedang
|
12
|
-CaMg
|
3,01
|
98,37 %
|
Cukup
|
Dari
hasil pengamatan diameter batang tanaman jagung 8 MST diperoleh diameter batang
tanaman yang tertinggi adalah 3,31 cm dan terendah 1.90
Jumlah Daun
Dari hasil
pengamatan jumlah daun tanaman jagung 8 MST diperoleh hasil.
Tabel 3. Jumlah Daun
Tanaman Jagung (Zea mays L.) 8 MST
No
|
Perlakuan
|
Rataan
|
%tase terhadap lengkap
|
kriteria
|
1
|
Lengkap
|
10
|
-
|
-
|
2
|
Kontrol
|
7
|
70 %
|
Sedang
|
3
|
-N
|
7
|
70
%
|
Sedang
|
4
|
-P
|
9
|
90 %
|
Cukup
|
5
|
-K
|
9
|
90%
|
Cukup
|
6
|
-Ca
|
10
|
100 %
|
Cukup
|
7
|
-Mg
|
9,5
|
95
%
|
Cukup
|
8
|
-NP
|
7
|
70 %
|
Sedang
|
9
|
-NK
|
7,5
|
75
%
|
Sedang
|
10
|
-PK
|
9
|
90 %
|
Cukup
|
11
|
-KCa
|
9
|
90
%
|
Cukup
|
12
|
-CaMg
|
9,5
|
95 %
|
Cukup
|
Dari
hasil pengamatan jumlah daun tanaman jagung 8 MST diperoleh jumlah daun tanaman
yang tertinggi adalah 10 daun dan terendah 7 daun
Bobot Kering Tajuk
Dari hasil
pengamatan bobot kering tajuk tanaman jagung diperoleh hasil.
Tabel 4. Bobot Kering Tajuk (gr)
No
|
Perlakuan
|
Rataan
|
%tase
terhadap lengkap
|
kriteria
|
1
|
Lengkap
|
104,65
|
-
|
-
|
2
|
Kontrol
|
31,15
|
29,76 %
|
Berat
|
3
|
-N
|
29,75
|
28,43
%
|
Berat
|
4
|
-P
|
64,55
|
61,68 %
|
Sedang
|
5
|
-K
|
100,65
|
96,18
%
|
Cukup
|
6
|
-Ca
|
72,55
|
69,33 %
|
Sedang
|
7
|
-Mg
|
118,66
|
113,38
%
|
Cukup
|
8
|
-NP
|
39,45
|
37,70 %
|
Berat
|
9
|
-NK
|
34,2
|
32,68
%
|
Berat
|
10
|
-PK
|
112,05
|
107,07 %
|
Cukup
|
11
|
-KCa
|
79,85
|
76,30
%
|
Sedang
|
12
|
-CaMg
|
90,5
|
86,48 %
|
Sedang
|
Dari
hasil pengamatan bobot kering tajuk tanaman jagung diperoleh bobot kering tajuk
tanaman yang tertinggi 112.65 gr dan yang terendah 29,75 gr
Bobot Kering Akar
Dari hasil
pengamatan bobot kering akar tanaman jagung diperoleh hasil.
Tabel 5. Bobot Kering Akar (gr)
No
|
Perlakuan
|
Rataan
|
%tase terhadap lengkap
|
kriteria
|
1
|
Lengkap
|
43,35
|
-
|
-
|
2
|
Kontrol
|
12,05
|
27,79 %
|
Berat
|
3
|
-N
|
13,55
|
31,25
%
|
Berat
|
4
|
-P
|
50,1
|
115,57 %
|
Cukup
|
5
|
-K
|
84,15
|
194,12
%
|
Cukup
|
6
|
-Ca
|
79,45
|
183,27 %
|
Cukup
|
7
|
-Mg
|
62,35
|
143,83
%
|
Cukup
|
8
|
-NP
|
7
|
16,15 %
|
Gawat
|
9
|
-NK
|
13,5
|
31,14
%
|
Berat
|
10
|
-PK
|
40,1
|
92,50 %
|
Cukup
|
11
|
-KCa
|
54,3
|
125,26
%
|
Cukup
|
12
|
-CaMg
|
46,35
|
106,92 %
|
Cukup
|
Dari
hasil pengamatan bobot kering akar tanaman jagung diperoleh bobot kering akar
tanaman yang tertinggi 84,15 gr dan yang
terendah 7 gr
Pembahasan
Dari hasil pengamatan 8 MST tinggi tanaman jagung (cm) diperoleh data
rataan tertinggi terjadi pada perlakuan Kontrol dengan tinggi tanaman 164,6 cm
Dari hasil pengamatan tersebut dapat di simpulkan bahwa tanah inceptisol
merupakan jenis tanah yang subur sebab tanpa penambahan pupuk. Ini dikarenakan
reaksi tanah Inceptisol masam sampai agak masam (pH 4,6-5,5) dan agak masam
sampai netral (pH 5,6-6,8). Kandungan bahan organik sebagian rendah sampai
sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur
Damanik, dkk (2011) yang menyatakan bahwa Reaksi tanah masam sampai agak
masam (pH 4,6-5,5) dan agak masam sampai netral (pH 5,6-6,8). Kandungan bahan
organik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi.
Dari hasil pengamatan 8 MST tinggi
tanaman jagung (cm) diperoleh data rataan terendah terjadi pada perlakuan –NP
dengan tinggi tanaman 96,1cm. Ini dikarenakan tanah yang kekurangan unsur hara nitrogen
(N) menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng (kecil) dan tersendat-sendat dan bila
kurang unsur hara fosfor (P) tanaman menunjukan gejala pertumbuhan lambat dan
kerdil, perkembangan akar terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur Lingga dan
Marsono (1986) dan Novizan (2008) yang menyatakan bahwa Tanah yang kekurangan
nitrogen (N) menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat dan jika
terjadi kekurangan fosfor (P) tanaman menunjukan gejala pertumbuhan lambat dan
kerdil, perkembangan akar terhambat.
Dari data pengamatan 8 MST diameter
batang tanaman jagung (cm) diperoleh data rataan tertinggi terjadi pada
perlakuan –Mg dengan diameter batang tanaman 3,31 cm. Pada perlakuan –Mg
mengakibatkan daun tua mengalami klorosis dan tampak ada bercak-bercak coklat.
Daun yang semula hijau segar menjadi kekuningan dan tampak pucat. Dari hal
tersebut menyatakan bahwa unsur hara Mg tidak berpengaruh terhadap diameter
batang, melainkan unsur lain yang sudah terpenuhi yang menyebabkan diameter
batang besar. Hal ini sesuai dengan literatur Lingga dan Marsono (1986) yang
menyatakan bahwa kekurangan magnesium (Mg) menyebabkan daun tua mengalami
klorosis dan tampak ada bercak-bercak coklat. Daun yang semula hijau segar
menjadi kekuningan dan tampak pucat. Warna kekuningan ini pun timbul di antara
tulang-tulang daun.
Dari data pengamatan 8 MST diameter batang tanaman jagung (cm) diperoleh
data rataan terendah terjadi pada perlakuan –NP dengan rataan diameter batang
tanaman 1,90 cm. Kejadian ini terjadi karena kekurangan unsur hara N dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, sehingga diameter batang
kecil. Sama halnya dengan defisit unsure N kekurangan fosfor (P) tanaman juga menunjukan
gejala pertumbuhan lambat dan kerdil. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik,
dkk (2011) dan Novizan (1999) yang menyatakan bahwa kekurangan unsur hara N
pada tanaman yang dapat diamati pada tanaman adalah pertumbuhan tanaman lambat
dan kerdil dan kekurangan fosfor (P)
tanaman menunjukan gejala pertumbuhan lambat dan kerdil.
Dari hasil pengamatan 8 MST berat kering oven akar tanaman jagung (gr)
diperoleh data rataan tertinggi berat kering oven akar terjadi pada perlakuan
–K dengan berat kering oven akar tanaman 84,15 gr. BKO akar tanaman terbesar
ini terjadi karena unsur Ca yang kurang tidak berpengaruh karena kekurangan
kalsium hanya menyebabkan daun-daun muda dan ujung-ujung dari titik tumbuh
menjadi keriput dan akhirnya mengering dan tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan akar. Hal ini sesuai denga literatur Damanik, dkk (2011) yang
menyatakan bahwa gejala kekurangan kalsium dapat menyebabkan daun-daun muda dan
ujung-ujung dari titik tumbuh menjadi keriput dan akhirnya mengering. Daun-daun
yang lebiih tua tampak berkeriput dan akhirnya mengering, dan pada umumnya
tanaman menjadi lemah.
Dari hasil pengamatan 8 MST berat kering oven akar tanaman jagung (gr)
diperoleh dan data rataan terendah terjadi pada perlakuan –NP dengan berat
kering oven akar tanaman 7 gr. BKO akar tanaman kecil karena kekurangan unsure
N menyebabkan Jaringan-jaringannya mati, mengering, lalu meranggas sehingga
jaringan akar tidak dapat tumbuh. Sedangkan kekurangan P menyebabkan
pertumbuhan akar terhambat sehigga terjadi pembengkakan dan sulit berkembang.
Hal ini sesuai dengan literatur Lingga dan Marsono (1986) dan Damanik, dkk
(2011) yang menyatakan bahwa tanah yang kekurangan nitrogen (N) menyebabkan
tanaman tumbuh jaringan-jaringannya mati, mengering, lalu meranggas dan kekurangan
unsur P menyebabkan pertumbuhan akar terhambat.
Dari hasil pengamatan 8 MST berat kering oven daun tanaman jagung (gr)
diperoleh data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan –Mg dengan berat kering
oven daun tanaman 118,1 gr. BKO daun tinggi pada perlakuan ini karena magnesium
hanya memberi dampak warna daun yang semula hijau segar menjadi kekuningan dan
tampak pucat dan warna kekuningan timbul di antara tulang-tulang daun.
Kekurangan unsur Mg tidak berpengaruh terhadap jumlah daun yang dihasilkan
tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur
Lingga dan Marsono (1986) yang menyatakan bahwa kekurangan magnesium
(Mg) ialah daun tua mengalami klorosis dan tampak ada bercak-bercak coklat.
Daun yang semula hijau segar menjadi kekuningan dan tampak pucat. Warna
kekuningan ini pun timbul di antara tulang-tulang daun.
Dari hasil pengamatan 8 MST berat kering oven daun tanaman jagung
(gr) diperoleh dan data rataan terendah
terjadi pada perlakuan –N dengan berat kering oven daun tanaman 29,75 gr.
Kekurangan N sangat berpengaruh terhadap berat BKO daun karena N dibutuhkan
selama pertumbuhan. Sebab jumlah N yang diambil berhubungan langsung dengan
produksi berat keringnya. Hal ini sesuai denga literatur Hakim, dkk (1986) yang
menyatakan bahwa dari sudut tanaman ternyata bahwa nitrogen dibutuhkan
sepanjang pertumbuhannya. Dengan demikian jumlah yang diambil berhubungan
langsung dengan produksi berat keringnya.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh jumlah daun tanaman
yang terbesar terjadi pada perlakuan -KCa dengan total jumlah daun tanaman 14 daun dengan masing-masing daun ulangan
I = 8 daun dan ulangan II = 6 daun. Kekurangan unsur K dan Ca ini tidak
berpengaruh terhadap jumlah daun yang tumbuh. Karena Kalium (K) mempunyai
fungsi utama mengaktifkan kerja beberapa enzim, asetik thiokinase, aldolase,
piruvat kinase, dan enzim lainnya. Memacu translokasi karbohidrat dari daun ke
organ tanaman yang lain dan Ca
esensial berfungsi dalam mengatur struktur membrane dan aktivitasnya, terutama
pada aliran ion diakar. Hal ini sesuai dengan literatur Lingga dan Marsono
(1986) yang menyatakan bahwa kekurangan nitrogen (N) menyebabkan tanaman tumbuh
kerempeng dan tersendat-sendat. Daun menjadi hijau muda, terutama yang sudah
tua, lalu berubah menjadi kuning. Selanjutnya daun mulai mengering mulai dari
bagian bawah ke bagian atas. Jaringan-jaringannya mati, mengering, lalu
meranggas.
Dari data hasil pengamatan 8 MST yang telah dilakukan diperoleh data
rataan jumlah daun (helai) tanaman jagung tertinggi terjadi pada perlakuan
Lengkap dan –Ca dengan jumlah daun (helai) tanaman 10 helai dan data rataan
jumlah daun (helai) tanaman jagung terendah terjadi pada perlakuan kontrol, –N
dan –NP dengan jumlah daun (helai) tanaman
7 helai. Jumlah daun yang tumbuh sangat sedikit disebabkan karena keadaan tanah
yang kurang unsur N bagi tanaman pada perlakuan kontrol, -N dan -NP sehingga
tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat. Daun menjadi hijau muda, terutama yang
sudah tua, lalu berubah menjadi kuning dan mongering lalu mati.
Jaringan-jaringannya mati, mengering, lalu meranggas. Hal ini sesuai dengan
literatur Lingga dan Marsono (1986) yang menyatakan bahwa kekurangan nitrogen
(N) menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat. Daun menjadi
hijau muda, terutama yang sudah tua, lalu berubah menjadi kuning. Selanjutnya
daun mulai mengering mulai dari bagian bawah ke bagian atas.
Jaringan-jaringannya mati, mengering, lalu meranggas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Dari data pengamatan 8 MST tinggi
tanaman jagung (cm) diperoleh data rataan tertinggi terjadi pada perlakuan
Kontrol dengan tinggi tanaman 164,6
cm dan data rataan terendah terjadi pada perlakuan –NP dengan tinggi tanaman 96,1cm.
2.
Dari data pengamatan 8 MST diameter
batang tanaman jagung (cm) diperoleh data rataan tertinggi terjadi pada
perlakuan –Mg dengan diameter batang tanaman 3,31 cm dan data rataan terendah
terjadi pada perlakuan –NP dengan rataan diameter batang tanaman 1,90 cm.
3.
Dari data pengamatan 8 MST berat kering
oven akar tanaman jagung (gr) diperoleh data rataan tertinggi berat kering oven
akar terjadi pada perlakuan –K dengan berat kering oven akar tanaman 84,15 gr
dan data rataan terendah terjadi pada perlakuan –NP dengan berat kering oven
akar tanaman 7 gr.
4.
Dari data pengamatan 8 MST berat kering
oven daun tanaman jagung (gr) diperoleh data rataan tertinggi terjadi pada
perlakuan –Mg dengan berat kering oven
daun tanaman 118,1 gr dan data rataan terendah terjadi pada perlakuan –N dengan
berat kering oven daun tanaman 29,75 gr.
5.
Tanah Inceptisol merupakan jenis tanah
memiliki defisiensi unsur hara N dan P.
Saran
Sebaiknya penimbangan dan
perhitungan kebutuhan pupuk yang dibutuhkan tanaman dilakukan secara akurat
agar hasil pengamatan tampak perbedaan yang jelas tiap perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H.O dan N. C.
Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Damanik, M. M. B., Hasibuan, B. E., Fauzi., Sarifuddin., Hanum, H.
2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A.
M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A.Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986.
Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press. Lampung.
Hanafiah, K. A., 2005. Dasar
– Dasar Ilmu Tanah. Rajawali. Jakarta.
http://www.depnakertrans.go.id/microsite/KTM/?show=p8. Di akses pada tanggal 4 Mei 2012.
Lingga, P. dan Marsono.,
2000. Petunjuk Penggunaan
Pupuk (edisi revisi). Penebar
Swadaya. Jakarta.
Marsono dan Sigit, P.,
1995. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasinya.Penebar Swadaya. Jakarta.
Munir, M. H. 1996.
Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.
Musa, L., Mukhlis., A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. Departemen Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Najiyati, S dan Danarti. 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Penerbit Swadaya. Jakarta.
Novizan. 2005. Petunjuk
Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nurmala, T. 1997. Serealia
Sumber Karbohidrat Utama. Rieneka Cipta. Jakarta.
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis,
M. A. Palung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong, N. Hakim. 1988.
Kesuburan Ilmu Tanah. UNILA Press. Lampung.
Purwono dan Hartono, R.
2005. Bertanam Jagung Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Rinsema, W. T. 1993. Pupuk
Dan Cara Pemupukan. Diterjemahkan Oleh H. M. Saleh. Bhratara.Jakarta.
Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produksi
dan Gizi. Penerbit ITB. Bandung.
Rukmana, R. 1997a. Budidaya Baby Corn. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana, R. 1997b. Usaha Tani
Jagung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suprapto. 1990. Bertanam Jagung.
Penebar Swadaya (anggota IKAPI). Jakarta.
Sutanto, R. 2005.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Sutedjo, M. M dan
Kartasapoetra, A. G. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Bina Aksara. Jakarta.
Syahputra, M. G. 1999. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya (anggota IKAPI). Jakarta.
Utami,
S. N. H dan Suci H. 2003. Sifat Kimia Entisol Pertanian Organik dan Anorganik.
Fakultas Pertanian-UGM. Yogyakarta.
Winarso, S. 2000. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas
Tanah. Gava Media. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar