POTENSI RESIDU PESTISIDA TERAHADAP TANAH
PAPER
Oleh :
VICTOR HEVIT TARIGAN
100301160
AGROEKOTEKNOLOGI I
LABORATORIUM PESTISIDA
DAN TEKNIK APLIKASI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
POTENSI RESIDU PESTISIDA TERAHADAP TANAH
Oleh :
VICTOR HEVIT TARIGAN
100301160
AGROEKOTEKNOLOGI I
Paper Sebagai Salah
Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Pra Praktikal Tes
di Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi Fakultas
Pertanian
Universitas Sumatera
Utara, Medan
Diketahui Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium
(Ir. Fatimah Zahara)
NIP. 19590710 198903 2 001
Disetujui
Oleh : Diperiksa Oleh:
Asisten Koordinator Asisten
Korektor
(Ary Hutama
Samosir) (Friska E. Sitepu)
NIM. 080302005 NIM.
080302020
LABORATORIUM PESTISIDA
DAN TEKNIK APLIKASI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini.
Adapun
judul dari paper ini adalah “Potensi
Residu Pestisida Terhadap Tanah” yang merupakan salah satu syarat untuk
dapat mengikuti pra praktikal tes di Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir.
Fatimah Zahara., Dr. Ir. Lisnawita, MS., Ir.
Toga Simanungkalit, MS.,; Prof. Dr. Dra.
Maryani Cyccu Tobing, MS., Prof. Ir. Edison Purba, PhD., Dr. Ir Hasanuddin, MS., dan Ir. M. Iskandar Pinem, M.Agr selaku para dosen pengajar mata kuliah Pestisida
dan Teknik Aplikasi dan juga kepada abang dan kakak asisten Laboratorium Pestisida
dan Teknik Aplikasi yang telah membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis
menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perkembangan paper ini kedepannya.
Akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga paper ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, April
2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
Kegunaan
Penulisan .................................................................................. 3
POTENSI
RESIDU PESTISIDA TERAHADAP TANAH
Pengertian Pestisida................................................................................... 4
Residu Pestisida Terhadap Tanah.............................................................. 6
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Residu Pestisida Dalam Tanah......... 7
Pengaruh Pestisida Terhadap Mikroorganisme Tanah............................... 8
KESIMPULAN ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Serangan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi
pertanian. Untuk pengendalian OPT, jalan pintas yang sering dilakukan adalah
menggunakan pestisida kimia. Padahal penggunaan pestisida yang tidak bijaksana
banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain terhadap kesehatan manusia dan
kelestarian lingkungan hidup. Memperhatikan pengaruh negatif pestisida
tersebut, perlu dicari cara-cara pengendalian yang lebih aman dan akrab
lingkungan. Hal ini sesuai konsepsi pengendalian hama terpadu (PHT), bahwa
pengendalian OPT dilaksanakan dengan mempertahankan kelestarian lingkungan,
aman bagi produsen dan konsumen serta menguntungkan petani (Oginawati, 2005).
Pestisida adalah bahan kimia yang
digunakan untuk mengendalikan perkembangan/pertumbuhan dari hama, penyakit dan
gulma. Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian.
Pestisida secara umum digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan
populasinya. Insektisida, herbisida, fungsida dan nematosida digunakan untuk
mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis
pestisida yang lain digunakan untuk mengendalikan hama dari tikus dan siput
(Alexander, 1977). Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida dapat
dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan
pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk
organoc hlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan
meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan
melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane
(HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai
pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya
Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain- lain (Sudarmo,
1991).
Dalam bidang pertanian pestisida
merupakan sarana untuk membunuh jasad pengganggu tanaman. Dalam konsep
Pengendalian Hama Terpadu, pestisida berperan sebagai salah satu komponen
pengendalian, yang mana harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati,
efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan am an bagi
lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan
berbagai teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan
pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa perubahan
pada ekosistem yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad
penganggu. Cara lain untuk mengatasi jasad penganggu selain menggunakan
pestisida kadang- kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan
hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida
yang mampu melawan jasad penganggu dan berperan besar dalam menyelamatkan
kehilangan hasil (Sudarmo, 1991).
Informasi yang terperinci tentang
tingkat keracunan, keberadaan dalam tanah, jalan pengangkutan yang lebih
dominan dari berbagai herbisida, insektisida dan fungisida hendaknya diketahui.
Kondisi cuaca penting diperhatikan pada saat pengaplikasian (Loehr, 1984).
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh residu pestisida
terhadap tanah.
Kegunaan
Penulisan
Sebagai
salah satu syarat untuk dapat mengikuti Pra Praktikal Tes di Laboratorium
Pestisida dan Teknik Aplikasi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
POTENSI RESIDU PESTISIDA TERAHADAP TANAH
Pengertian
Pestisida
Pestisida adalah substansi (zat)
kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama.
Berdasarkan asal katanya pestisida berasal
dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh.
Yang dimaksud hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu,
penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput,
tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Menurut peraturan
Pemerintah No. 7 tahun 1973 (yang dikutip oleh Djojosumarto, 2008) pestisida
adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk :
1.
Memberantas
atau mencegah hama-hama dan
penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2.
Memberantas
rerumputan.
3.
Mematikan
daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk
pupuk.
4.
Memberantas
atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak.
5.
Memberantas
dan mencegah hama-hama air.
6.
Memberikan
atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan dan alat-alat pengangkutan, memberantas atau mencegah
binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi
dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air (Hendrawan, 2002).
Pestisida yang digunakan di bidang
pertanian secara spesifik sering disebut
produk perlindungan tanaman (crop
protection products) untuk membedakannya dari produk-produk yang digunakan
dibidang lain. (Djojosumarto, 2008). Pengelolaan pestisida adalah kegiatan
meliputi pembuatan, pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan
pembuangan / pemusnahan pestisida.Selain efektifitasnya yang tinggi, pestisida
banyak menimbulkan efek negatif yang merugikan. Dalam pengendalian pestisida
sebaiknya pengguna mengetahui sifat kimia dan sifat fisik pestisida, biologi
dan ekologi organisme pengganggu tanaman (Wudianto,2010).
Residu Pestisida Terhadap Tanah
Residu Pestisida adalah zat tertentu
yang terkandung dalam hasil pertanian, bahan pangan, atau pakan hewan baik
sebagai akibat langsung maupun tak langsung dari penggunaan pestisida. Istilah
ini mencakup senyawa turunan pestisida, seperti senyawa hasil konversi
metabolit, senyawa hasil reaksi, dan zat pencemar yang dapat memberikan
pengaruh toksikologis (Repository.usu.ac.id, 2010).
Residu
dalam tanah dapat dipengaruhi oleh
bahan aktif pestisida,
frekuensi penyemprotan,
konsentrasi yang digunakan,
arah angin, serta kandungan tanah
liat dalam tanah. Untuk mengukur
mudah tidaknya suatu pestisida rusak terurai di alam digunakan parameter
waktu paruh (Decomposition Time-50 atau DT-50). DT-50 suatu
pestisida sangat beragam
dari jangka waktu jam sampai dengan waktu tahun. Bahan aktif dengan
DT-50 lebih panjang
tentu akan sesuai anjuran
dan keracunan daerah
penelitian penggunaan
pestisida sebanyak 18 responden (72%), lama penyemprot- dilakukan
sepanjang tahun dikarenakan musim tanam
padi sebanyak 3 kali dalam satu
tahun (Djojosumarto, 2008 ).
Di
lingkungan perairan, pencemaran air oleh pestisida terutama terjadi melalui
aliran air dari tempat kegiatan manusia yang menggunakan pestisida dalam usaha
mena ikkan produksi pertanian dan
peternakan. Jenis-jenis pestisida yang persisten (DDT, Aldrin, Dieldrin) tidak
mengalami degradasi dalam tanah, tapi malah akan berakumulasi. D alam air,
pestisida dapat mengakibatkan biology magnification, padapestisida yang
persisten dapat mencapai komponen terakhir, yaitu manusia melalui rantai
makanan. Pestisida dengan formulasi granula, mengalami proses dalam tanah dan
air sehingga ada kemun gkinan untuk dapat mencemari tanah dan air (Oginawati, 2005).
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Residu Pestisida Dalam Tanah
Pada
kenyataannya, saat ini pestisida masih sangat sering dilakukan oleh para petani
dilapangan. Para petani sering menggunakan cara disemprotkan atau dengan
disebar yang dengan tidak langsung pestisida akan jatuh mengenai permukaan
tanah. Artinya tanah pada lahan pertanian akan mengandung bahan pestisida.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan pestisida didalam tanah
yaitu :
Absorpsi
oleh partikel tanah
Pemupukan
pestisida cenderung berada pada permukaan tanah yang akan kaya dengan bahan
organik . beberapa peneliti mengemukakan bahwa insektisida aldrin mudah
terabsorpsi dan sukar keluar didalam tanah. Tinggi rendahnya bahan organik
dipengaruhi oleh dinamika persistensi pestisida dalam lingkungan .dengan
demikian jika kandungan bahan organik meninggi berarti mobilitas pestisida
menurun, sehingga residu pestisida akan meningkat. Hal ini disebabkan pengaruh
limpasan permukaan dan kolasi yang rendah .
Pencucian
Air Hujan
Indonesia
termasuk beriklim tropis, suhu yang relatif tinggi dan curah hujan yang tinggi
menyebabkan umur residu lebih pendek, metabolisme lebih tinggi dan pencucian
lebih cepat. Didalam berbagai keadaan pestisida memiliki persistensi didalam
air lebih pendek bila dibandingkan didalam tanah.
Penguapan
Air
berperan sebagai media trasportasi pestisida. Pindahnya pestisida dapat bersama
air da debu. Selain itu pertisida dapat menguap dengan suhu yang tinggi .
Degrdasi/aktivasi
mikroorganisme dalam tanah.
Kegiatan
mikroba dalam tanah dapat meningkatkan suhu, sehingga dapat menyebabkan
putusnya ikatan hidrogen yang terbentuk pada proses absorpsi dan akan terjadi
proses debsorpsi beberapa molekul pestisida ke dalam larutan tanah dan memungkinkan
pencucian dan penguapan.
Pengolahan
tanah
Sistem
konservasi pengolahan tanah dapat menurunkan residu petisida seperti
karbofuran, terbufos, antrazine, dan klorpiripos dalam limpasan permukaan dan
erasi.
Pengaruh
Pestisida Terhadap Mikroorganime Tanah
Tanah
merupakan salah satu reservoir utama bagi pestisida. Residu pestisida dalam
tanah menunjukan banyaknya pestisida yang non mobil dari jumlah yang
diaplikasikan. Berikut ini diuraikan pengaruh pestisida terhadap kehidupan
organisme tanah :
Fungisida
Cacing
tanah agak peka terhadap residu fungisida. cacing tanah akan mengalami kematian
dengan fungisida berkonsentrasi tinggi. Fungisida sulfat tembaga yang digunakan
secara terus menerus pada kebun buah-buahan dapat menekan/menurunkan populasi
cacing tanah dengan cepat.
Insektisida
Insektisida
merupakan bahan yang paling sering digunakan oleh para petani dilapangan. Bahan
yang sering digunakan ini ternyata berpengaruh teradap populasi tungau predator
menurun kerena adanya bahan hidrokarbon berklor. Selain itu penelitian
Rodiquez-kabana dan curl (1980) menunjukan bahwa perlakuan insektisida
karbofuran pada tanaman kacang tanah dapat menurunkan populasi jamur mikoriza
30 hari setelah tanam (Oginawati, 2005).
Pestisida masih diperlukan dalam kegiatan
pertanian. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dan tidak sesuai dengan
aturan yang berlaku dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan
kesehatan manusia . Berikut ini diuraikan beberapa dampak negatif yang mungkin
timbul akibat penggunaan pestisida dalam bidang pertanian, yang tidak sesuai
dengan aturan (Darmono, 2001).
Pestisida yang disemprotkan segera
bercampur dengan udara dan langsung terkena sinar matahari. Pestisida dapat
mengalami fotodekomposisi di udara. Pestisida mengalami perkolasi
atau ikut terbang menurut aliran
angin. Makin halus butiran larutan makin besar kemungkinan ikut perkolasi dan
makin jauh ikut diterbangkan arus angin (Oginawati, 2005).
Spesies hama yang akan diberantas
dapat menjadi toleran terhadap pestisida, sehingga populasinya menjadi tidak
terkendali. Ini berarti bahwa jumlah individu yang mati sedikit sekali atau
tidak ada yang mati, meskipun telah disemprot dengan pestisida dosis normal
atau dosis lebih tinggi sekalipun. Populasi dari spesies hama dapat pulih
kembali dengan cepat dari pengaruh racun pestisida serta bisa menimbulkan
tingkat resistensi pestisida tertentu pada populasi baru yang lebih tinggi, hal
ini biasanya disebabkan oleh pestisida golongan organoklorin (Darmono. 2001)
Penggunaan pestisida yang ditujukan
untuk memberantas jenis hama tertentu, bahkandapat menyebabkan munculnya jenis
hama yang lain. Ledakan hama sekunder tersebut dapat terjadi beberapa saat
setelah penggunaanpestisida, atau pada akhir musim tanam atau malah pada musim
tanam berikutnya. Ledakan hama sekunder dapat lebih merusak daripada hama
sasaran sebelumnya (Oginawati, 2005).
Bila suatu jenis hama setelah
memperoleh perlakuan pestisida berkembang menjadi lebih banyak dibanding dengan
yang tanpaperlakuan pestisida, maka fenomena itu disebutresurgensi .Faktor
penyebab terjadinya resurgesi antara lain adalah (a) butir semprotan pestisida
tidak sampai pada tempat hama berkumpul dan makan; (b) kurangnyapengaruh residu
pestisida untuk membunuh nimfa hama yang menetas sehingga resisten terhadap
pestisida; (c) predator alam mati terbunuh pestisida; (d) pengaruh fisiologis
insektisida kepada kesuburan hama. Hama bertelur lebih banyak dengan angka
kematian hama yang menurun; (e) pengaruh fisiologis pestisida kepada tanaman sedemikian
rupa sehingga hama dapat hidup lebih subur (Djojosumarto, 2000).
Penggunaan pestisida seperti
insektisida, fungisida dan herbisida untuk membasmi hama tanaman, hewan, dan
gulma (tanaman benalu ) yang bisa mengganggu produksi tanaman sering
menimbulkan komplikasi lingkungan
(Supardi, 1994). Penekanan populasi insekta hama tanaman dengan menggunakan
insektisida , juga akan mempengaruhi predator dan parasitnya, termasuk serangga
lainnya yang memangs a spesies hama dapat ikut terbunuh . Misalnya, burung dan
vertebrata lain pemakan spesies yang terkena insektisida akan terancam
kehidupannya. Sehingga dengan demikian bersamaan dengan menurunnya jumlah
individu spesies hama, menurun pula parasitnya. Sebagai contoh misalnya kasus
di Inggris, dilaporkan bahwa di daerah pertanian dijumpai residu organochlorin
yang tidak berpengaruh pada rodentia tanah .Tapi sebaliknya, pada burung
pemangsa Falcotinnunculus dan Tyto alba, yang semata-mata makanannya
tergantungpada rodentia tanah tersebut mengandung residu tinggi, bahkan pada
tingkat yang sangat fatal. Sebagai akibatnya, banyak burung -burung pemangsa
yang mati. Begitu juga pada binatang jenis kelelawar. Golongan ini ternyata
tidak terlepas dari pengaruh pestisi da. Dari 31 ekor kelelawar yang diteliti,
semuanya mengandung residu senyawa Organochhlorindengan DDE (Hendrawan, 2002) .
Penggunaan pestisida dalam kegiatan
pertanian dapat mengakibatkan dampak negatif pada kesehat an manusia, misalnya
: (a) terdapat residu pestisida pada produk pertanian; (b) b ioakumulasi dan
biomagnifikasi melalui rantai makanan. Manusia sebagai makhluk hidup yang
letaknya paling ujung dari rantai makanan dapat memperoleh efek biomagnifikasi
yang p aling besar. Dampak ini ditimbulkan oleh pestisida golongan
organoklorin; (c) keracunan pestisida, yang sering terjadi pada pekerja dengan
pestisida. Dampak negatif pestisida terhadap kesehatan manusia, baik secara
langsung maupun tak langsung yang dihubungkan dengan sifat dasar bahan kimianya
(Keman, 2001 dan Djojosumarto, 2000):
Organoklorin
(OK)
Merupakan racun kontak dan racun
perut. Merugikan lingkungan dan kesehatan masyarakat karena sifat
persistensinya sangat lama di lingkungan, baik di tanah maupun jaringan tanaman
dan dalam tubuh hewan. Persistensi organoklorin menimbulkan dam-pak negatif
seperti biomagnifikasi dan masalah kera cunan kronik yang membahayakan.
Herbisida senyawa 2,3,7,8 –TCDD merupakan senyawa toksik untuk ternak termasuk
manusia, masuk lewat kontak kulit atau saluran pencernakan, menginduksi enzim
oksidase, karsinogen kuat, teratogenik serta menekan reaksi imun. Toksisitas
golongan organoklorin ini yaitu sebagai anastesi, narkotik dan racun sistemik.
Cara kerja spesifiknya adalah sebagai depressant system saraf pusat (narkosis),
kerusakan jaringan liver dan
kerusakan jaringan ginjal.
Organofosfat
(OP)
Merupakan racun kontak, racun perut
maupun fumigan. Toksisitas karena paparan senyawa ini meliputi system syaraf
melalui inhibisi enzim kolinesterase.
Karbamat
Seperti halnya golongan
organofosfat, toksisitasnya dengan penghambatan aktivitas enzim kolinesterase
pada sistem syaraf (Darmono. 2001).
Tindakan pengelolaan terhadap
pestisida bertujuan untuk agar manusia terbebas dari keracunan dan pencemaran
oleh pestisida. Beberapa tindakan pengelolaan yang perlu diambil untuk mencegah
keracunan dan pencemaran ol eh pestisida ialah penyimpanan, pembuangan serta
pemusnahan limbah pestisida . Penyimpanan pestisida sebagai barang berbahaya
harus diperhatikan. Dari studi householdyang pernah dilakukan oleh FAO di
Alahan Panjang, Sumatera Utara dan Brebes ,banyak ibu rumah tangga yang
menyimpan pestisida di rumah satu ruang dengan tempat menyimpan mak anan,
minuman dan mudah dijangkau oleh anak (Depkes, 2000). Pestisida harus disimpan
pada tempat yang aman . Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
pestisida, yaitu ( Siswanto, 1991 dan Depkes 2000) :
1. Pestisida disimpan dalam kemasan
aslinya ,jangan di pindahkan ke wadah lain terutama
wadah yang biasa digunakan untuk menyimpan makanan atau
minuman.
2. Dalam jumlah kecil, pestisida dapat
disimpan dalam lemari tersendiri, terkunci dan jauh dari jangkauan anak –anak
dan binatang piaraan, tidak berdekatan denga npenyimpanan makanan atauapi.
3. Dalam jumlah besar, pestisida dapat disimpan
dalam gudang dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Lokasi gudang harus terpisah dari
aktivitas umum dan tidak terkena banjir dan lantai gedung harus miring.
b. Dinding dan lantai gudang kuat dan
mudah dibersihkan.
c. Pintu dapat ditutup rapat dan diberi
peringatan atau dengan tulisan atau gambar.
d. Mempunyai ventilasi, penerangan yang
cukup, dan suhu memenuhi ketentuan yang berlaku.
e. Selalu dikunci apabila tidak ada
kegiatan.
f. Tidak boleh disim pan bersama-sama
bahan lain.
g. Pemasangan instalasi listrik dan
penggunaan peralatan listrik harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
h. Di luar ruangan penyimpanan ditulis
papan peringatan.
4. Cara penyimpanan pestisida harus
memenuhi syarat yang berlaku terhadap kemungkinan bahaya peledakan. Limbah
pestisida biasanya berupa pestisida sisa yang berada dalam kemasan. Pembuangan
yang tidak benar selain dapat mencemarilingkungan juga merupakan potensi bagi
orang untuk terpapar secara tidak langsung dengan pestisida. Pembuangan dan
pemusnahan limbah pestisida, yang perlu memperhatikan hal – hal sebagai berikut.
( Siswanto, 1991 dan Depkes, 2000).
Dalam penggunaan pestisida sangat
banyak faktor yang perlu dipertimbangkan mengingat besarnya risiko yang
diterima oleh masing-masing pihak. Kelompok yang perlu mendapat perhatian
adalah pekerja yang berhubungan dengan pestisida, karena merupakan kelompok masyarakat
yang sangat rentan terhadap keracunan pestisida. Pekerja yang berhubungan
dengan pe stisida dalam hal ini adalah pekerja dalam suatu perusahaan pengelola
pestisida ataupun petani sebagai pengguna pestisida Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO), 1992 yang meneliti 214 orang
petani selama dua tahun, terj adinya keracunan akut yang diderita oleh petani
responden disebabkan petani tidak memahami bahaya pestisida terhadap
kesehatannya. Sedangkan pakaian pelindung yang aman, terlalu panas untuk
digunakan di daerah tropis dan harganya terlalu mahal, sehingga para petani
harus menerima keadaan sakit sebagai risiko bekerja di sektor pertanian
(Depkes, 2000). Para petani potensial sebagai penderita keracunan pestisida yang
dipergunakan di lahan usaha taninya. Keracunan terjadi disebabkan oleh hal -hal
berikut:
1. Kurang mengertinya petani akan
bahaya pestisida.
2. Masih banyaknya pestisida yang
sangat berbahaya yang beredar dan mudah didapati oleh petani.
3. Tidak tersedianya alat pelindung
diri yang aman, murah dan enak digunakan oleh petani.
(Darmono. 2001)
KESIMPULAN
1. Pestisida adalah substansi (zat)
kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama.
2. Pengaruhnya yaitu adanya residu
pestisida yang dapat menurunkan populasi mikroorganisme tanah seperti pada cacing
tanah dan bakteri mikoriza.
3. Residu dalam tanah dapat dipengaruhi
oleh bahan aktif pestisida, frekuensi
penyemprotan, konsentrasi
yang digunakan, arah angin,
serta kandungan tanah liat dalam tanah.
4. Penggunaan pestisida seperti
insektisida, fungisida dan herbisida untuk membasmi hama tanaman, hewan, dan
gulma (tanaman benalu ) yang bisa mengganggu produksi tanaman sering
menimbulkan komplikasi lingkungan
5. Dampak negatif pestisida terhadap
kesehatan manusia, baik secara langsung maupun tak langsung yang dihubungkan
dengan sifat dasar bahan kimianya
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan
Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi. Senyawa Logam. Jakarta, Universitas
Indonesia.
Djojosumarto P. 2000. Teknik
Aplikasi Pestisida Pertanian . Kanisius, Yogyakarta.
Fischer HP. 1992. New Agrichemicals
Based on Microbial Metabolites, dalam New Biopesticides.
Hendrawan, 2002. Faktor – Faktor yang
Berhubungan Dengan Keracunan Pestisida Pada
Petani Sayur Di
Kota Jambi Tahun 2008. Jurnal Pdii Lipi
No Issn 2085 – 1677.
Lipi. Jakarta. Http://Jurnal.Pdii.Lipi.Go.Id/Admin/Jurnal/ 1jan095973.Pdf. 9 April 2013.
Oginawati K.
2005. Analisis Risiko
Penggunaan Insektisida
Organofosfat Terhadap Kesehatan Petani Penyemprot.
Universitas Sumatera Utara.
http://www.usu.ac.id. 9 April 2013.
Pawitra A. S. 2012. Pemakaian Pestisida
Kimia Terhadap Kadar
Enzim Cholinesterase dan Residu Pestisida Dalam Tanah. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Media Husada I Volume 01/Nomor 01/Agustus 2012.
Proceeding of the ’92 Agric.
Biotechnology Symposium on Biopesticide .September 1992. Suwon. Korea.
Siswanto, 1991 dan Depkes 2000. Kejadian Anemia Dan Keracunan Pestisida Pekerja
Penyemprot Gulma Di Kebun Kelapa Sawit
PT Agro Indomas
Kab. Seruyan Kalimantan
Tengah. Semarang, Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id. 9
April 2013.
Sudarmo, 1991. Pengaruh Penggunaan
Pestisida Terhadap Kondisi Tanah dan Mikroorganisme Tanah. www. usu.
Repository.ac.id. 2013.
Wudianto, 2010. Pestisida dan Teknik
Aplikasi. Kanisius. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar